Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Investasi (Badan Koordinasi Penanaman Modal/BKPM) melaporkan ada lima negara yang mencatatkan realisasi investasi terbesar di Indonesia pada kuartal II tahun 2024.
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, melaporkan bahwa Singapura menempati posisi teratas dengan investasi sebesar US$ 4,6 miliar. Diikuti oleh China dengan US$ 2 miliar, Hongkong dengan total US$ 1,9 miliar, Korea Selatan US$ 1,3 miliar, dan Amerika Serikat sebesar US$ 0,9 miliar.
Dalam realisasi tersebut, Korea Selatan berhasil menggeser Jepang sebagai salah satu negara dengan investasi terbesar di Indonesia. Pada kuartal sebelumnya, BKPM mencatat nilai investasi Jepang mencapai US$ 1 miliar dan menduduki posisi ke lima.
Baca Juga: Golden Visa: Antara Memuluskan Family Office dan Kisah Kegagalan Negara Lain
"Dalam lima besar ini, Korea Selatan berhasil menggeser Jepang. Ini menunjukkan dinamika yang sangat signifikan," ujar Bahlil dalam konferensi pers mengenai realisasi investasi kuartal II-2024 pada Senin (29/7).
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berpendapat bahwa investasi asal Korea Selatan itu tercermin dari agresifnya pembangunan industri mobil listrik dan baterai. Misalnya LG dan Hyundai yang baru saja meresmikan pabrik di Karawang, Jawa Barat.
Selain itu, investor Korea Selatan juga aktif di berbagai lini investasi termasuk jasa keuangan, jasa makanan minuman, gim hingga jasa cloud computing berbasis AI (kecerdasan buatan).
"Varian portofolio investasi langsungnya cukup lengkap dan sejalan dengan target prioritas pemerintah Indonesia," kata Bhima kepada Kontan, Senin (29/7).
Bhima juga menerangkan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lambat di Korea Selatan yang hanya mencapai 2,3%-2,6% secara tahunan pada 2024 menjadi alasan investor asal Negeri Ginseng itu mencari pasar yang berkembang, salah satunya Indonesia.
Baca Juga: Kebut Proyek Mobil Listrik di Indonesia, Investasi Korea Selatan Menggeser Jepang
Sementara itu, Jepang masih mendorong produksi mobil hybrid, bahkan mengembangkan kendaraan berbasis hidrogen dibanding mobil listrik.
"Secara pendekatan dan lini produksi cukup berbeda antara Hyundai dengan Toyota. Jepang juga masih andalkan Thailand sebagai basis produksi suku cadang otomotif dibanding Indonesia," jelasnya.
Senada, Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal menduga capaian investasi dari Korea Selatan disebabkan oleh tingginya minat investor yang ingin menanamkan modalnya ke industri mobil listrik di Indonesia.
"Dugaan saya bisa jadi karena Korea Selatan banyak masuk ke industri EV (electronic vehicle). Ini bisa jadi investasi masuk lebih besar. Sementara Jepang kan dari sisi sumbangan investasi memang makin lama makin turun," ucap Faisal kepada Kontan, Senin (29/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News