Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permasalahan perekonomian Indonesia dinilai sudah sangat kompleks. Hal itu tercermin dari terjadinya deflasi beruntun, terkontraksinya Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia hingga masih terus bertambahnya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, kondisi ekonomi Indonesia saat ini tidak terlepas dari dampak global. Lemahnya permintaan di pasar global membuat sejumlah sektor yang berkaitan dengan permintaan global turun signifikan.
Selain itu beberapa negara tujuan ekspor seperti China juga sedang mengalami perlambatan ekonomi.
"Di dalam negeri juga kita masih ada sisa-sisa dampak pandemi sebenarnya atau scaring effect itu ya masih kelihatan sampai sekarang dan diperparah oleh kondisi terakhir di mana permintaan globalnya melemah," jelas David kepada Kontan, Selasa (1/10).
Menurut David, kunci untuk memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia adalah menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih besar.
Ia mencatat dalam satu tahun sebanyak 3,5 juta orang membutuhkan langan kerja baru. Maka lapangan kerja ini akan terus dibutuhkan agar masyarakat tidak beralih ke sektor informal.
"Kalau lapangan kerja sedikit akhirnya masyarakat lari ke sektor informal, ini akan sulit untuk meng-capture pajaknya sehingga akan berpengaruh ke rasio pajak dan penerimaan pajak kita akan stagnan," ujarnya.
Menurutnya pembukaan lapangan kerja menjadi penting karena masyarakat Indonesia masih terus tumbuh. Usia produktif akan terus bertambah dan terbatasnya lapangan kerja ini yang menjadi persoalan.
David mengatakan penyerapan lapangan kerja ini diharapkan juga mampu mendorong penyerapan investasi terutama asing.
"Karena kalau hanya mengandalkan investasi domestik atau tabungan domestik tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan di atas 5% untuk menjaga kebutuhan penciptaan lapangan kerja," ungkapnya.
David menilai kondisi ekonomi Indonesia hingga tahun 2025 masih belum ada perbaikan yang signifikan. Meski begitu dengan adanya pelonggaran suku bunga oleh sejumlah bank sentral yang juga diikuti oleh Bank Indonesia, menurut David juga akan menjadi salah satu harapan untuk perbaikan ekonomi.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indeks Harga Konsumen (IHK)mencatatkan deflasi pada September 2024 sebesar 0,12% secara bulanan atau month to month (mtm). Deflasi ini lebih tinggi bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,03% mtm.
Sementara Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia meningkat tipis ke angka 49,2 dari 48,9 di bulan Agustus 2024. Angka tersebut menunjukkan kondisi kontraksi seperti bulan sebelumnya.
Selanjutnya: OJK: Ada Modus Penipuan Investasi Baru, dari Kerja Paruh hingga Sewa Server AI
Menarik Dibaca: MIND ID Komitmen Hilirisasi yang Berkelanjutan, Simak Caranya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News