Reporter: Ratih Waseso | Editor: Tendi Mahadi
Padahal Mahfud menceritakan Indonesia sejak tahun 1998/1999 hingga 2019 terus mengalami kenaikan IPK setiap tahunnya. Tahun 2020 lalu disebut menjadi penurunan IPK terparah yang diperoleh Indonesia.
"Di tahun 2019 kita pernah memiliki ambisi mudah-mudahan di tahun 2019 sampai 50 poin tapi ternyata sampai 40 kita sudah gembira, karena rata-rata naik terus setiap tahun kalau nggak salah 1,0 sekian setiap tahunnya. Memang pernah turun atau pernah stagnan tapi kejatuhan terparah sekarang turun 3," ungkapnya.
Baca Juga: Sah jadi Kapolri, ini PR dari DPR untuk Listyo Sigit Prabowo
Berdasarkan pada hasil IPK tahun 2020 tersebut Mahfud menyebut, pihaknya akan menggunakan rekomendasi yang diberikan kepada TII terkait IPK Indonesia yang mengalami penurunan dari 40 poin ke 37 poin.
"Rekomendasi ini tentu saya bawa karena ini memperkuat apa yang sudah kami rancang semua. Tapi memang pada tingkat implementasi sulit menghindari kebocoran-kebocoran karena kadangkala kan koruptor itu ada dimana-mana dan bahkan punya program juga yang tidak kalah canggihnya dengan apa yang kita pikirkan Kita rancang dan sebagainya," ungkapnya.
Namun Mahfud berharap dengan adanya tindakan tegas dengan tertangkapnya dua Menteri Kabinet Indonesia Maju pada akhir tahun lalu dapat kembali meningkatkan persepsi IPK di tahun ini. Diketahui data yang digunakan dalam perhitungan IPK tersebut diperoleh sampai Oktober 2020.
Selanjutnya: KPK dalami aliran uang ke pihak-pihak di Setneg atas kasus korupsi PTDI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News