Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) oleh The Fed memicu Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan bunga acuannya 25bps menjadi 5,75%. Risikonya sektor riil bakal kena imbasnya.
"Selain menjaga nilai tukar rupiah, harus mengantisipasi dampak suku bunga ke sektor riil, karena pengusaha tidak terlalu happy kalau suku bunga tinggi. Terutama industri manufaktur," ungkap ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira, Kamis (27/9).
Pelaku industri manufaktur akan cenderung wait and see. Pasalnya pelaku akan menimbang suku bunga kredit yang juga akan semakin tinggi. Akhirnya mereka akan memilih menunda ekspansi. Pun ini akan berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja.
Bhima juga mengatakan pertumbuhan industri manufaktur akan sulit mencapai angka 5%. Angka ini bisa jadi menghambat pertumbuhan ekonomi.
Pasalnya, pada kuartal II 2018, BPS mencatat industri manufaktur menjadi penyumbang terbesar terhadap struktur PDB yakni 19,83%. Apabila industri manufaktur terhambat, tentunya akan sangat berdampak pada PDB.
Menurutnya, kondisi ini sulit bagi Indonesia. Kenaikan suku bunga juga menjadi senjata untuk menarik investor asing, namun menjadikan kondisi makin sulit bagi pengusaha domestik.
"Apabila BI tidak menaikkan suku bunga supaya sektor riil tidak kena, pilihan bagi pemerintah adalah menggerus cadangan devisa untuk melakukan intervensi," pungkas Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News