kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indef: Kebijakan BI menstabilkan rupiah perlu dukungan kebijakan fiskal


Minggu, 07 Oktober 2018 / 18:36 WIB
Indef: Kebijakan BI menstabilkan rupiah perlu dukungan kebijakan fiskal
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus melemah. Bahkan, kurs rupiah sempat menyentuh Rp 15.182 per dolar Amerika Serikat (AS) berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), Jumat (5/10).

Bank Indonesia (BI) pun sudah melakukan berbagai intervensi untuk menstabilkan kurs rupiah. Mulai dari menaikkan suku bunga, melakukan relaksasi kebijakan makroprudensial juga memperdalam pasar valas.

Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira berpendapat, upaya BI yang bervariasi seperti menaikkan suku bunga, melakukan relaksasi loan to value  (LTV) melakukan lelang  Sertifikat Bank Indonesia (SBI), lelang Forex (FX) swap juga membuka transaksi domestic non-deliverable forward (DNDF) sudah cukup sebagai suatu kebijakan moneter.

Sayangnya, menurut Bhima, untuk menstabilkan rupiah ini kebijakan moneter tersebut tak didukung oleh kebijakan fiskal. "Tidak cukup kebijakan moneter saja, tapi perlu kebijakan fiskal," tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Minggu (7/10).

Menurut Bhima, masih banyak terobosan yang lebih berani yang bisa diambil pemerintah. Misalnya mengendalikan 5 hingga 10 jenis barang yang diimpor paling besar atau mengurangi pungutan ekspor minyak kelapa sawit sehingga ekspor minyak sawit lebih bergeliat. "Untuk saat ini dampak dari kebijakan fiskal yang ada saya rasa belum signifikan," tambah Bhima.

Bhima pun turut mengomentasi penurunan cadangan devisa (cadev) yang masih terbilang tipis, atau turun 2,6% dibanding bulan sebelumnya menjadi US$ 114,8 miliar.

Bhima berpendapat, hal ini menjadi indikasi BI sengaja menguji batas psikologis baru rupiah di atas Rp 15.100. Ini bertujuan mengukur efek stabilitas sektor keuangan dan sektor riil sehingga cadev sengaja dihemat.

Perkiraan lainnya, Bhima berpendapat, BI sengaja menghemat cadev untuk mempersiapkan guncangan yang lebih besar pada akhir tahun dan di 2019. "Apalagi The Fed  masih akan menaikkan bunga secara gradual, jadi cadev sebagai amunisi stabilitas kurs perlu dijaga jangan diboroskan sekarang," jelas Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×