Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, menilai diversifikasi pasar ekspor menjadi strategi utama yang harus ditempuh Indonesia di tengah dinamika tarif impor Amerika Serikat (AS) yang fluktuatif.
“Selama 10 tahun terakhir, dari 2014 hingga 2024, ekspor Indonesia ke AS relatif meningkat. Puncaknya terjadi pada 2022 dengan nilai ekspor mencapai 28,2 miliar dolar AS. Ini menunjukkan tren positif,” ujar Esther, Senin (21/7).
Namun, ia mengingatkan bahwa ketergantungan terhadap satu pasar sangat berisiko, terutama menyusul kebijakan tarif AS yang sempat naik drastis dari 10% ke 32%, lalu turun menjadi 19%. Untuk itu, Esther menyarankan agar Indonesia memperluas pasar ekspor ke kawasan lain.
“Kita jangan sampai tergantung pada pasar negara lain. Diversifikasi ekspor sangat penting agar jika satu negara terganggu, kita bisa mengalihkan ekspor ke pasar lain,” tegasnya.
Baca Juga: Strategi Krakatau Steel (KRAS) Perkuat Pasar Dalam Negeri dan Diversifikasi Ekspor
Esther menilai, selain ASEAN dan Tiongkok, pasar Uni Eropa menawarkan potensi besar untuk ekspor produk Indonesia, terutama untuk komoditas seperti minyak nabati dan hewani, produk kimia, mesin, perlengkapan, alas kaki, dan produk mineral.
“Produk-produk ini juga mirip dengan yang kita kirim ke ASEAN. Jadi, jika ada hambatan di satu kawasan, shifting ke pasar lain seperti Uni Eropa sangat memungkinkan,” jelasnya.
Dari sisi perdagangan, Tiongkok masih menjadi negara asal impor terbesar ke Indonesia, disusul Singapura, Jepang, AS, dan Malaysia. Sementara dari sisi ekspor, AS tetap menjadi mitra penting, bersama Tiongkok, India, dan Jepang.
Untuk menghadapi tekanan dari kebijakan dagang AS, ia menekankan tiga strategi utama, yakni ekspansi perdagangan dengan diversifikasi pasar, penguatan hubungan ekonomi, dan peningkatan ragam produk ekspor.
Baca Juga: DPR Dorong Pemerintah Diversifikasi Ekspor Hingga Perkuat Ketahanan Pangan dan Energi
Esther menjelaskan, pada ekspansi perdagangan, Indonesia perlu melakukan diversifikasi pasar, sehingga akan mengurangi ketergantungan pada satu pasar saja. Kemudian economic relation, artinya memperluas kerja sama dengan ekonomi, dan yang ketiga adalah menciptakan iklim investasi yang produktif, dan produk diversifikasi, artinya memperbanyak variasi produk ekspor.
"Jadi tidak hanya itu-itu saja yang dikirim atau diekspor, tetapi bisa produk-produk ekspor yang lainnya,” ungkapnya.
Esther juga menyoroti keberhasilan Vietnam yang mampu memanfaatkan perang dagang AS - Tiongkok pada 2019 untuk meningkatkan ekspornya. Menurutnya, Indonesia bisa belajar dari strategi Vietnam.
“Strateginya ada tiga, diversifikasi pasar, memperkuat hubungan ekonomi dan menciptakan iklim investasi serta ragam produk ekspor yang lebih luas,” tutup Esther.
Baca Juga: Celios: Negosiasi Tarif AS Buntu, Diversifikasi Ekspor Jadi Pilihan Utama
Selanjutnya: Sun Life dan Bank Muamalat Perkuat Literasi Melalui Bancassurance Week 2025
Menarik Dibaca: Promo HokBen ShopeePay SPayLater 21 Juli, Makan Menu Favorit Diskon 10% sampai 50%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News