Sumber: Kompas.com | Editor: Handoyo .
Antoni juga menjelaskan bahwa kualitas mutiara impor lebih jelek daripada mutiara asli. Ini mengingat bahwa proses pengiriman akan menggerus nilai jual mutiara dan menjadikannya mutiara low grade.
Maksudnya, mutiara-mutiara tersebut tidak tampak alami, namun dipolis dan dilapisi sedemikian rupa. Namun tetap saja yang palsu akan cepat pudar daripada mutiara asli.
“Kami dapat kabar ada barang yang diselundupkan dengan memanipulasi data. Sampai saat ini kami belum tau siapa. Mutiara kalau dikirim pakai laut berisiko dan sangat reject,” ungkap Antoni.
Ratna Zhuhri selaku ketua Divisi Marketing Asbumi menyebutkan bahwa di Indonesia mutiara dengan kualitas asli tergerus oleh pasar mutiara impor. Namun, untuk memitigasi persaingan tidak sehat ini, ia menghimbau agar pemerintah memberi regulasi terkait dengan kriteria mutiara impor yang masuk ke Indonesia.
Baca Juga: Ekspor perhiasan naik US$1,3 miliar, Kemenperin ajak UKM pameran
“Bukannya kita menghalangi mereka (mutiara) masuk ke Indonesia, tapi mereka harus masuk dengan kriteria. Dan kriteria itu belum terjadi saat ini. Seharusnya kita menjadi tuan rumah dari mutiara Laut Selatan yang kita hasilkan dan juga disebut Queen of Pearls,” ungkap Ratna.
Ia juga optimis ke depannya dengan dukungan dari pemerintah bukan tidak mungkin Indonesia bisa bersaing dan menggeser posisi ekspor China di pasar global untuk rector mutiara.
Agus Suherman selaku Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing KKP menyebutkan bahwa komoditas mutiara memiliki prospek untuk dikembangkan, karena menghasilkan potensi yang luar biasa sebagai income masyarakat dan negara.
“Jadi kita sebagai penghasil komoditas kelautan yang bernilai tinggi dan memiliki prospek untuk dikembangkan. Maka harus di-branding dan diangkat sebagai sumber pemasukan masyarakat dan devisa negara,” ungkap Agus. (Kiki Safitri)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Asosiasi: Mutiara Palsu dari China Beredar di Indonesia"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News