CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.880   0,00   0,00%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Harga Pertalite Diprediksi Naik, Ekonom: Orang Miskin Baru Akan Bertambah


Kamis, 18 Agustus 2022 / 15:59 WIB
Harga Pertalite Diprediksi Naik, Ekonom: Orang Miskin Baru Akan Bertambah
ILUSTRASI. Suasana pengisian BBM di SPBU Pertamina, Bogor, Senin (5/4). KONTAN/Baihaki/05/04/2021


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan bahwa Indonesia akan menghadapi hiperinflasi dengan angka inflasi berada pada kisaran 10% hingga 12% pada September 2022 mendatang.

Menurutnya, lonjakan harga pangan dan energi akan membuat inflasi semakin tinggi. Hal tersebut justru akan membuat beban rakyat bertambah di tengah pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa pada September 2022 mendatang, Indonesia belum akan menghadapi hiperinflasi di atas 10%. Dirinya menduga, batas atas inflasi pada tahun ini masih akan berada pada kisaran 6,5% apabila pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi.

"Tapi perkiraannya batas atas 6,5%, belum akan sampai hiperinflasi di atas 10%," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Kamis (18/8).

Baca Juga: Benarkah Indonesia Terancam Hiperinflasi?

Namun Bhima mengatakan, apabila pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, maka hal tersebut akan berdampak kepada perekonomian Indonesia. Menurutnya, dampaknya akan dirasakan langsung ke daya beli masyarakat yang menurun serta meningkatkan jumlah orang miskin baru.

"Karena konteksnya masyarakat saat ini sudah menghadapi kenaikan harga pangan, dengan inflasi mendekati 5%," ucapnya.

Di sisi lain, Bhima menyebut, masyarakat masih belum pulih dari pandemi Covid-19, terbukti ada 11 juta lebih pekerja yang kehilangan pekerjaan, jam kerja dan gaji yang dipotong, hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak.

Terlebih lagi, apabila pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi maka dikhawatirkan tekanan ekonomi untuk 40% kelompok rumah tangga terbawah akan semakin berat. Belum lagi ada 64 juta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergantung dari BBM subsidi. 

Baca Juga: Jika Tak Dapat Subsidi Pemerintah, Berapa Harga Pertalite?

"Pemerintah juga harus memikirkan efek ke UMKM, karena subsidi ini bukan hanya kendaraan pribadi tetapi juga dipakai untuk kendaraan operasional usaha kecil dan mikro," ucap Bhima.

Oleh karena itu, jika kenaikan harga Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, maka diperkirakan inflasi pada tahun ini bisa menembus pada kisaran 6% hingga 6,5% yoy, dan dikhawatirkan menjadi inflasi yang tertinggi sejak September 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×