Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perum Bulog membeberkan penyebab anjloknya harga gabah di tingkat petani di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 6.500 per kilogram (kg).
Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto menjelaskan, anjloknya harga gabah di tingkat petani itu disebabkan karena hasil panen petani yang tidak sesuai dengan ketentuan HPP anyar.
Suyamto mencontohkan kasus panen di Sumatra Selatan yang harga gabahnya anjlok di level Rp 5.000/kg.
Turunnya harga gabah ini lantaran petani melakukan panen sebelum waktunya. Alhasil, gabah masih terlalu muda atau butir padinya masih banyak yang hijau.
Baca Juga: Bulog Usul Kenaikan Harga Pembelian Beras di Gudang
"Yang jadi masalah belum saatnya panen, tapi petani digoreng dengan tengkulak agar cepat dipanen jika tidak, dibilang harganya akan lebih anjlok. Maka petani panen lebih cepat," jelas Suyamto dijumpai di Kantornya, Kamis (23/1).
"Jadi kondisinya memang betul harganya itu sekitar Rp 5.300/kg di sawah karena memang kondisi riilnya seperti itu," tambahnya.
Sementara itu, Suyamto mengingatkan Bulog memiliki ketentuan tertentu terkait gabah yang dapat diserap dan dibeli sesuai HPP. Saat hasil panen tidak memenuhi standar petani akan dibeli sesuai dengan rafaksi.
Untuk itu, saat ini Bulog bersama dengan Kementerian Pertanian melakukan sosialisasi masif kepada petani, agar gabahnya tidak terburu-buru di panen.
Bulog juga menjanjikan kepada petani akan menyerap gabahnya saat masa panen itu tiba. Harapannya, gabah petani pada saat itu lebih bagus hasilnya dan dapat dibeli sesuai dengan HPP anyar Rp 6.500/kg.
Baca Juga: Bulog akan Serap 3 Juta Ton Beras
"Mudah-mudahan dengan kita beri jaminan kepada Gapoktan bahwa nanti pada saat penen itu akan kita serap, kualitas gabahnya semakin bagus dan harganya sesuai HPP," jelasnya.
Terpisah, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebut saat ini 70% gabah petani masih dibeli di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yakni Rp 6.500/kg.
Amran mencontohkan di Kecamatan Bunguran Tengah, Kabupaten Natuta, Kepulauan Riau, harga gabah rata-rata hanya berkisar Rp 5.000-Rp 6.000/kg.
Sementara di Kabupaten Bantul, Yogyakarta harga gabah di rentang Rp 5.800-Rp 6.300/kg, dan di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta harganya Rp 5.000-Rp 5.800/kg.
"Ini sangat tidak adil bagi petani. Kita subsidi Rp 144 triliun, kita sudah paksa mereka tanam, tapi setelah produksi dan surplus kita malah abaikan mereka," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (24/1).
Amran memperingatkan dampak serius jika gabah petani terus dibeli di bawah HPP. Selain merugikan petani, konsisi ini dapat mengancam upaya swasembada pangan dan menurunkan luas tanam padi di masa mendatang.
Selanjutnya: Peringatan Keras Indra Sjafri kepada Pemain Timnas U-20 Jelang Lawan Yordania
Menarik Dibaca: Rilis Priming Water, Studio Tropik Kembangkan Bisnis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News