CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Harga BBM Tetap Disubsidi, Begini Kata Ekonom


Rabu, 13 Juli 2022 / 20:48 WIB
Harga BBM Tetap Disubsidi, Begini Kata Ekonom
ILUSTRASI. harga BBM yang tidak dinaikkan, konsekuensinya anggaran subsidi pemerintah akan meningkat.. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo menegaskan pemerintah akan tetap mempertahankan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi hingga akhir tahun ini.

Pertimbangan presiden, saat ini secara umum penerimaan negara masih mencukupi untuk mempertahankan harga BBM bersubsidi tidak naik harga. 

Memang dampak dari keputusan mempertahankan harga BBM bersubsidi ini akan menyebabkan anggaran subsidi membengkak menjadi sekitar Rp 502 triliun.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, jika dibandingkan dengan pengguna jenis BBM lain, pengguna pertalite merupakan salah satu yang terbesar, sehingga ketika pemerintah memutuskan untuk menahan agar tidak menaikkan harga pertalite, tentu hal tersebut bisa berdampak kepada inflasi sehingga bentuk dorongan inflasi dari harga pertalite menjadi lebih kecil.

Baca Juga: Presiden Tegaskan Harga BBM Tetap Disubsidi

Sementara untuk efek ke anggaran subsidi, menurutnya memang akan berpotensi meningkat lantaran selisih harga yang harus dibayarkan oleh masyarakat ini ditanggung oleh pemerintah. 

Sehingga sesuai dengan prediksi pemerintah bahwa anggaran subsidi memang berpotensi melebihi pagu yang ditetapkan sebelumnya.

"Untuk angkanya saya kira sangat relatif, tergantung dari beberapa perkiraan harga yang akan terjadi terutama harga minyak acuan Indonesian Crude Price (ICP) sampai dengan akhir tahun nanti. Perkiraan saya akan berada di kisaran Rp 200 triliun hingga Rp 250 triliun," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Rabu (13/7).

Namun Yusuf bilang, jika inflasi global meningkat, maka hal tersebut juga bisa berdampak terhadap pergerakan inflasi di dalam negeri yang berpotensi akan tetap tinggi.

"Kemudian apakah ini akan meredam inflasi, saya kira juga akan dipengaruhi oleh faktor di luar harga pertalite, terutama melihat dari pergerakan inflasi global," kata Yusuf.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan biaya subsidi energi dan kompensasi akan mencapai Rp 600 triliun pada tahun ini dengan asumsi harga BBM, seperti pertalite, gas LPG 3 kg dan tarif listrik golongan subsidi tidak dinaikkan. 

Menurutnya, beban ini semakin bertambah dengan proyeksi harga minyak mentah yang berkisar US$ 95 per barel hingga US$ 110 per barel.

Baca Juga: Konsumsi Pertalite Berpotensi Tembus 30 Juta kl pada Akhir Tahun 2022

"Sebaiknya pemerintah punya cadangan tambahan 20% dari alokasi dana subsidi dan kompensasi energi," kata Bhima.

Di sisi lain, Bhima mengatakan, inflasi komponen harga yang diatur oleh pemerintah (administered prices) bisa diredam sehingga tidak bergejolak seperti negara net importir minyak lainnya. 

Sementara itu, efek ke inflasi pangan juga bisa dikendalikan karena ada kaitan erat stabilitas harga BBM solar dan pertalite terhadap biaya angkutan pangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×