Reporter: Kiki Safitri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan hasil pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) di 33 provinsi di Indonesia pada Agustus 2018, nilai tukar petani (NTP) secara nasional naik 0,89% dibandingkan NTP Juli 2018, yakni dari 101,66 menjadi 102,56. Kenaikan NTP pada Agustus 2018 ini disebabkan indeks harga pertanian meningkat sementara indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian menurun.
“NTP pada Agustus 2018 naiknya lumayan tinggi yakni 0,89%. Kenaikan NTP terjadi diseluruh subsktor kecuali untuk tanaman perkebunan,” kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin (3/9).
Kenaikan NTP Agustus 2018 ini dipengaruhi kenaikan nilai tukar petani tanaman pangan (NTPP) pada subsektor tanaman pangan sebesar 1,28%, subsektor holtikultura sebesar 0,94%, subsektor peternakan sebesar 1,70% dan subsektor perikanan sebesar 0,43%. Untuk NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat umum sebesar 0,56%.
NTPP naik sebesar 1,28% dari bulan Juli 2018 karena terjadi kenaikan Indeks harga yang diterima petani yakni sebesar 1,05%. Sedangkan Indeks harga yang dibayar oleh petani menurun sebesar 0,23%.
Sementara itu, nilai tukar petani holtikultura (NTHP) juga naik sebesar 0,94%. “Ini yang mempengaruhi antara lain, buah-buahan seperti salak, pisang dan bawang daun,” ujar Suharyanto.
Untuk nilai tukar petani tanaman perkebunan rakyat (NTPR) terjadi penurunan sebesar 0,56%. Menurut Suhariyanto, penurunan ini akibat turunnya indeks kelompok perkebunan rakyat khususnya beberapa komoditas seperti kakao, kelapa sawit dan kelapa.
Sedangkan nilai tukar peternakan (NTPT) dan nilai tukar nelayan pembudidayaan ikan (NTNP) masih mencatatkan kenaikan. "Kenaikan indeks terbesar yakni pada subsektor peternakan yakni sapi potong, dan kambing. Sebaliknya untuk unggas dan hasil ternak turun masing-masing adalah sebesar 0,58 % untuk unggas dan 0,52% untuk hasil ternak. Untuk bududaya perikanan meningkat sebesar 0,26% khususnya dari ikan bandeng dan rumput laut,” kata Suhariyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News