Reporter: Grace Olivia | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan kembali mengumumkan kebijakan suku bunga atau BI-7 days reverse repo rate dan bauran kebijakan lainnya untuk bulan Februari pada hari ini, Kamis (20/2).
Kepala Penelitian Makroekonomi dan Finansial LPEM UI Febrio Kacaribu, dalam Seri Analisis Makroekonomi Februari 2020 yang diterima Kontan, memandang, BI mesti memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4,75%.
Baca Juga: Menanti hasil RDG BI, rupiah dibuka melemah ke Rp 13.711 per dolar AS
Alasan utama pandangan tersebut ialah mewabahnya virus Covid-19 (Corona) yang dapat mengganggu pemulihan perekonomian global, termasuk Indonesia. Wabah ini berpotensi membawa beberapa dampak terhadap perekonomian Indonesia melalui tiga jalur yaitu pasar keuangan, sektor riil, dan sektor pemerintah.
Dalam jangka pendek, menurut Febrio, penyebaran wabah ini telah mempengaruhi pasar keuangan akibat kekhawatiran investor global dan memicu arus modal keluar dari negara berkembang yang mengancam likuiditas pasar dan stabilitas kurs.
Di sektor riil, dampak corona ini terlihat pada penurunan kegiatan pariwisata dan perdagangan, serta potensi perlambatan investasi riil. “Di sektor pemerintah, bisa terjadi penurunan pendapatan pajak dan peningkatan dalam imbal hasil obligasi pemerintah,” tuturnya.
LPEM UI mengestimasi dampak wabah virus corona ini dapat menyebabkan koreksi sebesar 10-30 bps terhadap tingkat pertumbuhan PDB Indonesia di tahun 2020. Febrio menuturkan, besarnya dampak ini tentunya tergantung pada seberapa lama berlangsungnya wabah ini dan bagaimana respons kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah.
Baca Juga: Rupiah Menanti Keputusan Bunga Acuan BI
Febrio pun mengingatkan, angka pertumbuhan PDB Indonesia di tahun 2019 mengonfirmasi bahwa memburuknya permintaan global merupakan penyebab utama perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan PDB di kuartal-IV 2019 turun menjadi 4,97%, membuat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun lalu melambat ke 5,02%, yang merupakan pertumbuhan terendah sejak tiga tahun terakhir.