kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.940.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.398   74,00   0,45%
  • IDX 7.931   24,81   0,31%
  • KOMPAS100 1.106   -3,51   -0,32%
  • LQ45 813   -4,99   -0,61%
  • ISSI 267   1,21   0,46%
  • IDX30 421   -2,93   -0,69%
  • IDXHIDIV20 488   -3,90   -0,79%
  • IDX80 123   -0,67   -0,54%
  • IDXV30 132   -0,86   -0,65%
  • IDXQ30 136   -1,46   -1,07%

Gula Petani Tak Terjual, APTRI Minta Danantara Cepat Serap Stok


Rabu, 27 Agustus 2025 / 13:13 WIB
Gula Petani Tak Terjual, APTRI Minta Danantara Cepat Serap Stok
ILUSTRASI. APTRI meminta pemerintah segera merealisasikan penyerapan gula petani oleh Danantara karena ada penumpukan gula hasil panen capai 100.000 ton


Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) meminta pemerintah untuk segera merealisasikan penyerapan gula petani oleh Danantara. Hal ini menyusul adanya penumpukan gula hasil panen petani mencapai 100.000 ton yang tidak laku terjual.  

Sekjen DPN Aptri M Nur Khabsyin mengungkapkan, hingga saat ini para petani belum menerima pembayaran dari pihak Danantara. 

Maka dari itu, Aptri mendesak Pemerintah untuk segera menyelesaikan proses administrasi yang diperlukan, stok gula yang menumpuk dapat terserap untuk mendukung percepatan swasembada gula. 

“Karena kalau tidak ada solusi jangka pendek ini gula yg dijanjikan akan dibeli ditunda-tunda, nanti petani tebu tidak akan semnagat untuk menanam. Akibatnya swasembada gula akan terdmapak ini jadi kekhawatiran kami,” ungkap Nur, saat dijumpai media di Jakarta, pada Rabu (27/8/2025). 

Baca Juga: Manfaatkan Tebu Jadi Sumber BBN, Menteri Bahlil Sarankan Belajar dari Brasil

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) bakal menggelontorkan uang dengan total Rp 1,5 triliun untuk membeli gula petani.

Hal ini untuk menanggapi keluhan asosiasi petani tebu yang mengeluhkan stok gula di gudang para petani yang mencapai 100.000 ton tak laku terjual.

Dia melanjutkan, penyerapan gula juga harus dilakukan secara adil dan merata, tidak hanya di gudang pabrik gula milik BUMN, namun di seluruh gudang di Indonesia, termasuk yang dikelola oleh pihak swasta.

Sebab, sampai saat ini penumpukan stok gula juga terjadi di gudang pabrik gula milik swasta. 

“Kemarin diinformasikan hanya menyerap tujuh pabrik gula. Itu kita gak mau harus semua gula yang belum laku ini diserap Danantara, baik pabrik gula BUMN maupun swasta. Swasta ini juga ada yang belum laku dan itu juga perlu diserap,” lanjutnya. 

Di sisi lain, Aptri juga menyoroti kebijakan larangan impor gula oleh pemerintah. Menurutnya, salah satu faktor penyebab lambatnya penyerapan gula petani lantaran adanya kebocoran peredaran gula rafinasi ke pasar konsumsi.  

Baca Juga: Pemerintah Jaga Harga Gula Rp 14.500 per Kg, Siapkan Dana Rp 1,5 Triliun

Aptri pun menuntut pemerintah untuk berkomitmen dalam mengendalikan kuota impor gula rafinasi sebab kebocoran yang terjadi itu sangat  merugikan para petani tebu. 

Menurutnya, kebocoran peredaran gula rafinasi ini sudah terjadi bertahun-tahun karena kuota impor yang melebihi kebutuhan. 

“Maka dari hulunya untuk kuota impoirnya bahan baku rafinasinya harus kita potong, supaya nanti tidak bocor ke pasar, sehingga berdampak ke gula petani,” jelasnya. 

Adapun, pemerintah menetapkan kuota impor gula rafinasi untuk kebutuhan industri sebesar 3,4 juta ton pada 2025. 

Selanjutnya: Bencana di Himalaya: Longsor Maut Tewaskan 30 Peziarah di India

Menarik Dibaca: Cara Jitu Merdeka Finansial di Masa Depan, yuk Persiapkan dari Sekarang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×