CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Gula impor sudah mulai masuk pasar


Selasa, 09 Juni 2020 / 08:05 WIB
Gula impor sudah mulai masuk pasar


Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Fahriyadi .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gula kristal putih (GKP) impor akan kembali masuk ke Tanah Air pada bulan ini. Sebelumnya, pemerintah memang telah memberikan izin impor GKP sebesar 150.000 ton. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi mengingat harga yang masih tinggi di pasaran.

"Untuk gula, sebagian proses impor akan masuk pada bulan ini. Sebagian besar sudah masuk dan (distribusi) ke pasar bulan Juni 2020 ini," ujar Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud saat dihubungi KONTAN, Senin (8/6).

Hingga saat ini harga gula konsumsi di pasar masih berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Asal tahu saja sebelumnya pemerintah menetapkan HET gula sebesar Rp 12.500 per kilogram (kg).

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) harga gula pasir lokal Rp 16.250 per kg. Sedangkan gula pasir premium sebesar Rp 17.750 per kg.

Meskipun demikian Musdhalifah bilang GKP yang masuk bulan ini merupakan yang terakhir. Pasalnya, Indonesia akan memasuki musim giling tebu petani pada bulan ini.

"Impor sudah selesai, kami sudah masuk musim giling yang diperkirakan masif masuk pasar bulan Juli," terang Musdhalifah.

Seperti kita ketahui, gula dan bawang putih memang menjadi komoditas yang pasokannya rawan defisit menjelang Hari Raya Idul Fitri lalu. Hal ini diungkapkan sendiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada rapat terbatas pada akhir bulan lalu.

Pengamat Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menilai ada masalah dalam tata kelola impor pangan di Indonesia.

Hal ini yang membuat lambatnya impor sejumlah komoditas pangan, termasuk gula. Sehingga harga gula saat ini masih tinggi.

"Kalau tata kelola impor benar tidak akan kejadian seperti ini," ujar Dwi saat dihubungi KONTAN secara terpisah, Senin (8/6).

Dwi menjelaskan, ketergantungan impor gula Indonesia untuk industri dan konsumsi mencapai 70% pada tahun 2018. Sementara tahun 2019 impor turun jadi 60% sehingga ada kekurangan pada stok awal tahun.

Hal ini ditambah dengan tekanan akibat pandemi Covid-19). Pandemi tersebut membuat sejumlah negara asal impor gula Indonesia menutup akses. Meski begitu, dia bilang gejolak harga gula akan usai pada bulan ini menyusul masuknya musim giling tebu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×