kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Greenpeace desak Obama kurangi emisi gas rumah kaca di AS


Rabu, 10 November 2010 / 09:31 WIB
ILUSTRASI. Pekerja di Lapangan SPS Blok Mahakam


Reporter: Asnil Bambani Amri |



JAKARTA. Greenpeace mendesak pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mengurangi gas emisi rumah kaca yang dikhawatirkan akan berdampak serius terhadap lingkungan. Rolf Skar, Jurukampanye Senior Greenpeace Amerika Serikat dalam siaran persnya Selasa malam (9/11) menyebutkan, komitmen AS tidak cukup hanya mendukung usaha Indonesia melakukan pencegahan pengrusakan hutan.

“Juga, Amerika Serikat harus secara drastis meningkatkan target penurunan emisinya,” lanjut Skar. Ia bilang, dukungan finansial yang diberikan kepada Indonesia juga harus didukung oleh usaha pemerintah AS untuk mengurangi penggunaan emisi gas rumah kaca dalam negeri Paman Sam itu.

Desakan Greenpeace itu menyusul pernyataan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yang akan menyediakan dana terbatas guna membantu Indonesia melindungi hutan alam dan lahan gambut kaya karbonnya.

“Kami juga menyambut baik kerjasama Amerika-Indonesia untuk mengatasi perusakan hutan, tapi dana yang disediakan masih kurang jika dibandingkan dengan skala dan dampak perusakan hutan yang harus diatasi Indonesia,” kata Skar.

Skar bilang, jika bantuan dikucurkan, maka pemerintah Obama menurutnya harus memastikan penggunaan dana itu supaya efektif dam memang diprioritaskan untuk perlindungan hutan alam, lahan gambut serta kesejahteraan masyarakat yang menggantungkan kehidupannya pada hutan.

Pendanaan yang akan diberikan kepada Indonesia itu termasuk dalam kerja sama komprehensif Amerika Serikat – Indonesia. Di antaranya digunakan untuk US$ 7 juta bagi pembangunan Pusat Perubahan Iklim dan US$ 10 juta untuk pendanaan perlindungan lahan gambut.

Perjanjian tersebut ini juga termasuk US$119 juta bagi kerja sama SOLUSI (Science, Oceans, Land Use, Society and Innovation) yang di dalamnya termaktub beberapa inisiatif lingkungan, termasuk perjanjian kedua Tropical Forest Conservation Act agreement, dan the Forestry and Climate Support Project (IFACS).



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×