Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai fenomena crowding out effect akibat kondisi global yang bergejelok khususnya di tengah risiko higher for longer yang diperkirakan masih berlanjut.
Crowding out effect sendiri merupakan dampak negatif penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yang terlalu agresif dengan bunga tinggi.
Ini juga diartikan sebagai dampak keluarnya aliran modal asing dari pasar keuangan Indonesia akibat imbal hasil SBN yang kurang menarik.
Oleh karena itu, Sri Mulyani mengatakan, koordinasi fiskal moneter akan terus diperkuat untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan yield (imbal hasil) di tengah risiko higher for longer yang diperkirakan masih berlanjut.
"Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) juga sangat menyadari pentingnya untuk menghindari terjadinya crowding out effect," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI, Selasa (4/6).
Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Sederet Tantangan Ini Hantui Kinerja Investasi pada 2025
Menurutnya, menjaga keseimbangan antara pricing yang menarik bagi investor dengan cost of fund yang harus ditanggung APBN dan ekonomi secara luas juga menjadi prioritas dalam koordinasi tersebut.
Hal ini penting karena 14% investor pasar SBN merupakan investor global yang sensitif terhadap harga dan dapat memicu instabilitas atau outflow jika tidak di-manage dengan tepat.
"Sebagian besar investor SBN adalah investor dalam negeri. 14% investor SBN adalah investor global. Ini jauh menurun dari 10 tahun lalu di mana 40% investor SBN adalah investor global," katanya.
Meski demikian, Sri Mulyani menyebut, pasar SBN tetap dipengaruhi sentimen global dan kebijakan dari negara-negara maju. Hal ini dikarenakan relativitas suku bunga antara SBN Indonesia dengan SBN negara-negara maju menjadi faktor yang menentukan daya tarik investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News