Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli
Tadjudin menyebutkan, PHK rentan terjadi pada sektor manufaktur yang berkaitan dengan padat karya seperti sepatu, mebel, pakaian, garmen, kerajinan.
Bukan tanpa alasan, kata dia, pasar luar negeri mengalami stagnansi akibat perang, otomatis mengganggu perekonomian negara tersebut yang merupakan negara tujuan hasil industri manufaktur Indonesia.
“Bukan hanya masalah dari luar, ada juga masalah dari dalam negeri, investor lambat masuk ke Indonesia karena surat izin yang berbelit, ini juga menciptakan peluang kerja kita tidak mengalami perkembangan yang signifikan,” ungkapnya.
Baca Juga: Gelombang 66 Kartu Prakerja Sudah Buka, Ini Syarat dan Besaran Bantuan yang Didapat
Tadjudin menuturkan, berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2023, persentase pekerja informal mencapai kurang lebih 60%, sementara sisanya adalah sektor formal.
“Itu mengindikasikan tidak ada perubahan di sektor formal, karena memang performance atau kinerja industri kita mengalami penurunan,” tuturnya.
Dia menuturkan, bukan hanya diindustri atau sektor formal saja, sektor informal saat ini ada alternatif baru seperti ojek online, konten kreator, bisnis online dan lain sebagainya.
“Jadi tidak di sektor formal mereka atau sektor industri, tapi sektor (informal) itu dapat menunjang menciptakan lapangan kerja. Kalau kita mengharapkan sektor formal seperti yang lalu-lalu agak lambat sekarang,” pungkasnya.
KONTAN sudah mencoba mengonfirmasi kepada Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) terkait adanya perusahaan yang tengah mengajukan PHK. Namun hingga berita ini turun, tidak ada respons dari Kemnaker.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News