Reporter: Bidara Pink | Editor: Syamsul Azhar
Langkah tersebut juga menimbulkan resiko meningkatnya ketidakpercayaan investor global terhadap kredibilitas bank-bank sentral. Mereka bisa berpikir kalau bank sentral hanyalah sebuah alat untuk membiayai defisit fiskal yang besar.
Dengan berkurangnya kepercayaan investor global, maka ada risiko larinya modal asing dari dalam negeri, resiko premi dan imbal hasil obligasi pemerintah, serta bertambahnya tekanan inflasi.
Oleh sebab itu, World Bank menyarankan agar bank-bank sentral terus terbuka dan mengkomunikasikan langkah kebijakan yang mereka ambil agar tidak ada kesalahpahaman dan memperkecil risiko.
Sejumlah bank sentral di dunia juga bisa kembali ke kebijakan-kebijakan konvensional mereka setelah pandemi selesai. Kebijakan itu yang seiring dengan pulihnya ekonomi negara dan kembali normalnya aktivitas masyarakat.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, pembelian surat utang negara secara langsung di pasar perdana yang dilakukan bank sentral negara berkembang, bisa membuat independensi bank sentral menurun.
Selain itu, masalah lain bisa muncul ketika bank sentral yang mendanai pelebaran defisit anggaran. Sebab, jika dana hasil suntikan BI tidak efektif dan cenderung masuk ke belanja yang konsumtif maka transfer resiko juga akan diterima oleh BI.
"Jadi ada konsekuensi yang cukup berat ketika BI melakukan pembiayaan terhadap defisit fiskal," kata Bhima kepada KONTAN, Selasa (9/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News