Reporter: Grace Olivia | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen buruk ekonomi global yang berimbas pada perekonomian domestik akan kembali menghambat prospek penerimaan negara dalam APBN 2020. Di saat yang sama, pemerintah perlu mengucurkan stimulus melalui belanja fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tetap di atas 5%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani pun mengakui, target defisit anggaran yang telah ditetapkan sebesar 1,76% terhadap PDB pada tahun ini menjadi terlampau konservatif. Dengan tekanan perekonomian yang besar sejak awal tahun, ia memperkirakan defisit APBN akan kembali melebar dari targetnya.
Baca Juga: Kunjungan wisatawan asal Korea Selatan ke Bali masih normal
“Dalam UU APBN 2020 didesain 1,76% dan itu cukup konservatif. Jadi pasti nanti kita akan lihat ruangnya. Ruangnya (pelebaran defisit) masih sangat ada […] Akan lebih melebar sedikit dari yang ada di dalam UU,” tutur Sri Mulyani, Rabu (26/2).
Pasalnya, wabah Covid-19 yang bergulir saat ini menjadi sumber utama ketidakpastian dan risiko turunnya laju perekonomian global maupun di dalam negeri. Untuk meredam itu, Sri Mulyani mengatakan APBN harus tetap berperan sebagai instrumen countercyclical dengan cara memperkuat belanja pemerintah secara tepat waktu dan tepat kualitas.
“Kalau ekonomi turun, penerimaan pajak pasti lemah. Jadi kita memang harus siapkan diri untuk meningkatkan defisit karena pemerintah tidak bisa bertindak procyclical, tapi harus countercyclical,” ujar bendahara negara itu.
Sri Mulyani mengatakan masih akan mengkaji perhitungan potensi pelebaran defisit APBN 2020. Menurutnya, hal itu harus dilihat dari kombinasi berbagai aspek sembari anggaran terus berjalan.
Baca Juga: Survei: Perlambatan ekonomi China akan menular ke Asia, hanya RI yang mampu bertahan
“Kita akan hitung semua aspeknya dulu. Ini kan baru bulan Februari, nanti kita akan lihat dari hasil ALM (asset liability management) ke depan,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News