Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Calon presiden Ganjar Pranowo menekankan pentingnya integrasi teknologi untuk mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia. Ganjar menyampaikan bahwa pembangunan digital nasional harus menjadi fokus utama bagi Indonesia di masa depan.
Mengingat kegamangan masyarakat terkait perkembangan kecerdasan buatan (AI), Ganjar menekankan bahwa generasi muda Indonesia tidak dapat menghindari perubahan dalam teknologi digital yang terus berkembang.
Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan dalam pembangunan digital nasional, berkat bonus demografi yang diperoleh. Namun, dia menggarisbawahi perlunya memastikan bonus demografi ini dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas.
Baca Juga: Nomor Urut Capres dan Cawapres Diundi pada Selasa (14/11) Mendatang
Dalam Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) 2023 yang digelar hari Rabu (8/11/2023), Ganjar menyoroti keterkaitan penduduk muslim Indonesia, yang mencakup 87% atau 238 juta jiwa, dengan dunia digital. Ia mempertanyakan kesiapan umat muslim dalam memasuki era digital.
Menurut data yang disampaikan Ganjar, rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan 5,7 jam per hari menggunakan telepon genggam, angka yang lebih tinggi dibandingkan penduduk Thailand.
Ganjar juga menyinggung potensi besar ekonomi digital di Indonesia, dengan transaksi digital mencapai Rp475,3 triliun dan potensi ekonomi digital yang diperkirakan mencapai Rp4.531 triliun.
"SDM digital kita harus naik kelas, dan kita harus terbiasa dengan industri digital serta penggunaannya," ujar Ganjar, menekankan pentingnya kesiapan SDM dalam menghadapi perubahan ini.
Lebih jauh, Ganjar juga menyoroti ekonomi berbasis syariah. Indonesia, sebagai pasar konsumen Halal terbesar di dunia, memiliki kontribusi signifikan terhadap ekonomi syariah global.
Baca Juga: Elektabilitas Pasangan Prabowo-Gibran Masih yang Tertinggi Versi Indo Barometer
Meski begitu, Ganjar menyoroti ironi bahwa Brazil, negara dengan jumlah penduduk muslim yang tidak mayoritas, masih memegang rekor sebagai eksportir pangan halal terbesar di dunia.
Ganjar mengusulkan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia dengan standar ekspor global untuk meningkatkan kinerja di sektor ini.
Ganjar Pranowo, dengan pandangannya ini, menekankan pentingnya integrasi antara pengembangan teknologi dan pemahaman ekonomi syariah dalam rangka meningkatkan posisi Indonesia di kancah global.
Pada tahun 2018, Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Sugeng menekankan pentingnya menggunakan solusi inovatif dan teknologi digital untuk memperluas sektor ekonomi syariah di Indonesia.
Berbicara dalam sebuah forum tentang pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah melalui teknologi digital, Sugeng memberikan contoh bagaimana teknologi digital dapat meningkatkan efisiensi dalam industri halal, termasuk dalam produksi dan rantai nilai. Digitalisasi memudahkan dalam inventarisasi dan verifikasi kehalalan produk dan jasa.
"Proses digitalisasi menyebabkan pemilihan unit dalam halal value chain menjadi lebih dinamis dengan mempermudah proses inventarisasi dan verifikasi jaminan aspek kehalalan suatu produk barang maupun jasa," katanya, dalam forum yang merupakan bagian dari acara tahunan Indonesia Shari'a Economic Festival (ISEF) atau Festival Ekonomi Syariah Indonesia.
Baca Juga: Khofifah Dapat Tugas Menangkan Prabowo di Jatim, Yenny Wahid: Nanti Kita Bersaing
Sugeng juga menyoroti peran penting fintech (teknologi keuangan) yang sesuai dengan prinsip ekonomi syariah.
Fintech tidak hanya berperan dalam sektor keuangan komersial, tetapi juga dalam keuangan sosial syariah seperti manajemen zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf.
Fintech, menurutnya, dapat berkembang dengan cepat dan mempengaruhi perekonomian global, serta memperkuat perbankan syariah di Indonesia.
Indonesia, menurut Global Islamic Economy Report 2017/2018, berada di posisi ke-10 secara global dalam industri keuangan syariah.
Sementara itu, Global Islamic Finance Report 2018 menunjukkan peningkatan peringkat Indonesia dalam pasar keuangan syariah dari tujuh ke enam secara global.
Sugeng menegaskan bahwa pemanfaatan teknologi digital melalui tekfin syariah adalah kunci untuk menjaga daya saing Indonesia dan meningkatkan inklusi keuangan syariah di dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News