kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Estimasi Menkes: Puncak Kasus Omicron BA. dan BA.5 Sekitar 16.000 Hingga 17.000


Kamis, 30 Juni 2022 / 10:42 WIB
Estimasi Menkes: Puncak Kasus Omicron BA. dan BA.5 Sekitar 16.000 Hingga 17.000
ILUSTRASI. Puncak gelombang Covid-19 terkait subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 akan terjadi pada pertengahan Juli 2022. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal


Sumber: Express.co.uk,Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Puncak gelombang Covid-19 terkait subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 akan terjadi pada pertengahan Juli 2022. Prediksi tersebut diungkapkan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. 

Budi Gunadi mengatakan, kenaikan kasus infeksi Covid-19 diperkirakan terjadi pada pekan kedua atau ketiga bulan Juli mendatang. Kabar baiknya, puncak gelombang Covid-19 kali ini, lanjut Menkes, diprediksi tidak akan setinggi kasus yang diakibatkan varian sebelumnya. 

"Kalau Omicron mungkin butuh satu sampai satu setengah bulan untuk sampai ke puncak, ini (BA.4 dan B.5) kurang dari satu bulan," ujar Budi kepada wartawan di gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Rabu (29/6/2022). 

Dia menambahkan, "Jadi udah sampai puncak, turun lagi. Itu sebabnya kenapa saya bilang minggu kedua minggu ketiga Juli-lah puncaknya kita lihat angkanya di mana." 

Bila berkaca dari data di Afrika Selatan, maka puncak subvarian BA.4 dan BA.5 berada di kisaran 30 persen. Artinya, jika puncak kasus Omicron BA.1 mencapai 50.000 kasus, estimasi puncak kasus BA.4 dan B.5 sekitar 16.000 hingga 17.000 kasus. 

Baca Juga: Data Covid-19 di Indonesia, 26 Juni: Kasus Aktif Bertambah, Total Kini 14.516 Kasus

Dia juga menyampaikan, kasus pasien yang dirawat di rumah sakit hingga kematian, tidak akan setinggi puncak Omicron sebelumnya, apalagi gelombang Delta. 
Secara nasional, kasus rawat inap pasien Covid-19 di rumah sakit per 28 Juni 2022 tercatat sebanyak 1.616 orang. 

"Nasional kasusnya kalau dibanding Delta flat, Jawa-Bali flat. Rumah sakitnya flat juga. Kalau ditanya kesiapan obat sama rumah sakit enggak ada apa-apanya. Karena enggak ada kenaikan (kasus)," imbuhnya. 

Adapun per 28 Juni 2022 Kemenkes mencatat jumlah sebaran kasus BA.4 dan BA.5 di Indonesia melonjak menjadi 739 kasus. 

Sebanyak 71 kasus disebabkan subvarian BA.4, dan 668 kasus merupakan BA.5. Kedua subvarian Omicron tersebut ditemukan sejumlah daerah Indonesia di antaranya Bali, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan terbanyak DKI Jakarta. 

"Jadi ya akan lumayan yang tertular, tapi yang penting masuk rumah sakitnya kosong. Tempat pak Syahril (Direktur RSPI Sulianti Saroso) yang masuk 10 orang, waktu Omicron yang dulu lebih penuh, kalau jaman Delta sampai antre-antre," ungkap Menkes Budi. 

Baca Juga: Kemenkes Tegaskan PPKM Jadi Strategi Kendalikan Kasus Selama Pandemi

Tetap waspadai gejalanya

Express.co.uk menulis, berdasarkan jutaan laporan, aplikasi ZOE COVID Study telah menetapkan gejala sakit pada bagian perut sebagai gejala COVID-19 varian omicron. 

Adapun gejala umum varian Omicron meliputi: 

1. Diare (diarrhoea) 
2. Sakit perut (stomach pains) 
3. Merasa sakit atau mual (nausea) 
4. Kehilangan selera makan (loss of appetite) 
5. Melewatkan makan (skipping meal)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puncak Infeksi BA.4 dan BA.5 Diprediksi Terjadi Pertengahan Juli, Ini Kata Menkes"
Penulis : Zintan Prihatini
Editor : Bestari Kumala Dewi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×