kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Epidemiolog: GeNose tak bisa mengalahkan rapid test antigen atau PCR


Selasa, 26 Januari 2021 / 06:22 WIB
Epidemiolog: GeNose tak bisa mengalahkan rapid test antigen atau PCR


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengumumkan pemerintah akan menggunakan alat deteksi Covid-19 GeNoSe buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) di stasiun kereta api mulai 5 Februari mendatang. 

Menurut Budi, pihaknya telah berkomunikasi dengan Satgas Penanganan Covid-19 dan akan membuat surat edaran kepada para operator transportasi.

"Kami rencanakan penggunaannya sudah dimulai pada 5 Februari 2021 pada stasiun KA terlebih dahulu, baru kemudian bertahap selanjutnya di bandara," kata Budi saat meninjau penggunaan GeNose di Stasiun Pasar Senen, Sabtu (23/1/2021). 

Menanggapi rencana penggunaan GeNoSe di stasiun, epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, penggunaan alat itu harus dalam proporsi yang tepat. 

Baca Juga: Ramah di kantong, pendeteksi Covid-19 GeNose bakal diterapkan di stasiun dan terminal

"Sebagai alat baru yang masih dalam tahap uji, tidak bisa serta merta langsung dijadikan sebagai alat untuk program yang sangat penting saat ini," kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (25/1/2021). 

Sebab menurut Dicky, situasi pandemi di Indonesia saat ini sangat serius serta butuh upaya besar dan teruji. Ia menuturkan, teknologi serupa GeNoSe sebenarnya telah dikembangkan lama di sejumlah negara untuk mendeteksi penyakit, seperti kanker dan diabetes. 

Akan tetapi, hingga saat ini belum ada satu pun negara yang menggunakannya, khususnya untuk pengendalian pandemi Covid-19. Ia pun mengingatkan agar pemerintah tidak terburu-buru dalam mengeluarkan kebijakan terkait pandemi. 

Baca Juga: Rapid test dengan GeNose C19 cuma sekitar Rp 15.000 - Rp 25.000 sekali test

"Sekali lagi dalam kondisi seperti ini kita jangan terburu-buru, sehingga bukannya meningkatkan respons terhadap pandemi, justru malah kontraproduktif," jelas dia. 

Apresiasi 

Dicky mengaku mengapresiasi penemuan alat tersebut. Namun di satu sisi, dia mengingatkan agar tidak berlebihan dan tidak mengabaikan prinsip ilmiah dan proporsional.  

Menurutnya, alat deteksi GeNoSe untuk Covid-19 sedikit lebih baik daripada tes suhu. Namun, posisinya hanya sebagai skrining awal dan tak bisa mengalahkan alat tes seperti rapid test antigen atau PCR. 

Selain alat tersebut masih dalam proses uji, GeNoSe menurut dia juga membutuhkan algoritma yang jelas. 

"Jangan sampai tujuannya skrining yang terjadi justru paparan, akan ada false positif dan negatif, termasuk prosedur pengambilan sampelnya yang tidak aman, misalnya dalam kondisi banyak orang," ujarnya. 

Baca Juga: Alat rapid test GeNose C19 buatan UGM bakal diproduksi 5.000 unit pada Februari

Dicky mengusulkan, pemerintah sebaiknya melarang warga untuk bepergian. Sebab, protokol kesehatan skrining tidak akan terlalu efektif di tengah situasi orang membawa virus begitu banyak. 

"Ini yang salah kaprah dan menyebabkan indonesia semakin jauh dari pengendalian pandemi," tutupnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "GeNoSe, Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM akan Digunakan di Stasiun, Ini Peringatan Epidemiolog"
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Rizal Setyo Nugroho

Selanjutnya: Awal 2021, alat deteksi Covid-19 buatan UGM, GeNose bakal diproduksi ribuan unit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×