Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Setidaknya empat investor telah menyampaikan komitmennya untuk menanamkan modalnya di sektor industri padat karya. Sepanjang Oktober hingga 22 Desember 2014, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menerima komitmen investor tersebut dengan nilai investasi US$ 672 juta.
Kepala BKPM Franky Sibarani menyatakan, investasi di sektor industri padat karya akan terus didorong karena memiliki nilai yang strategis untuk menggerakan perekonomian melalui penyerapan tenaga kerja serta sumbangan untuk devisa negara.
Lebih lanjut Franky mencatat bahwa sebelumnya BKPM telah melakukan diskusi dengan asosiasi industri tekstil, garmen, alas kaki, makanan dan minuman, furniture dan mainan anak. Namun, dari 13 investor yang mengindikasian minat investasi baru empat investor yang sampaikan minat tanam modalnya.
Ia pun menambahkan bahwa ada hal yang jadi perhatian pelaku usaha khususnya di industri padat karya untuk melakukan perluasan investasi. "Rumitnya itu ada di proses izin khususnya daerah dan persoalan tenaga kerja" ujar Franky.
Untuk masalah perizinan, sesuai fokus pemerintah untuk mempermudah izin investasi, BKPM pun akan mengambil langkah untuk mempermudah izin dengan PTSP nasional yang terealisasi Januari.
Sementara untuk hal tenaga kerja, BKPM akan koordinasi dengan kementerian perindustrian dan tenaga kerja untuk dukung investasi di industri padat karya.
Karena asal tahu saja, Indonesia memiliki 7,5 juta pengangguran langsung dan 37 juta pengangguran terselubung di mana hanya 2,5 juta tenaga kerja baru tumbuh di Indonesia.
Wakil Ketua Asosiasi Mebel Indonesia (ASMINDO), Rudi T Wiluya menegaskan, kalangan asosiasi industri sebenarnya siap untuk perluasan investasi dalam hal pemenuhan ekspor dan penyerapan tenaga kerja.
Sebagai informasi nilai ekspor mebel Indonesia saat ini telah mencapai US$1,8 miliar dari potensi pasar mebel dunia sebesar US$ 400 miliar. Sementara tenaga kerja yang terserap sebanyak 3,6 juta orang.
Capaian tersebut rupanya masih di bawah Vietnam dimana ekspor mebelnya sudah mencapai US$ 5,2 miliar. Rudi menilai potensi ekspor mebel Indoesia cukup besar oleh sebab itu hambatan investasi dapat dihilangkan dan kami yakin dapat tingkatkan dua hal terkait ekspor dan tenaga kerja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News