kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.597.000   -12.000   -0,75%
  • USD/IDR 16.175   0,00   0,00%
  • IDX 7.166   -66,59   -0,92%
  • KOMPAS100 1.055   -9,60   -0,90%
  • LQ45 831   -12,11   -1,44%
  • ISSI 214   0,13   0,06%
  • IDX30 427   -6,80   -1,57%
  • IDXHIDIV20 512   -6,51   -1,26%
  • IDX80 120   -1,15   -0,95%
  • IDXV30 123   -0,75   -0,60%
  • IDXQ30 140   -2,07   -1,45%

100 Hari Kerja Prabowo, Konsolidasi Kabinet Jumbo Masih Jadi Persoalan


Senin, 27 Januari 2025 / 19:08 WIB
100 Hari Kerja Prabowo, Konsolidasi Kabinet Jumbo Masih Jadi Persoalan
ILUSTRASI. Selama 100 hari kerja Prabowo, konsolidasi kabinet utamanya di bidang ekonomi masih menjadi persoalan. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka genap memasuki 100 hari pada 28 Januari 2025.

Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai, selama 100 hari kerja Prabowo, konsolidasi kabinet utamanya di bidang ekonomi masih menjadi persoalan. 

Kondisi kabinet yang jumbo belum kompak, dan masih dalam proses adaptasi.

Pun dengan kelembagaan kementeriannya juga terdapat beberapa yang berubah, sehingga perlu adanya penyesuaian, memahami dan mensinergikan dengan tupoksinya.

Baca Juga: 100 Hari Pertama Prabowo, Target Pertumbuhan Ekonomi 8% Dipertanyakan

“Aspek yang lain, konsolidasi di sisi fiskal kita lihat memang ada risiko penurunan penerimaan negara. Ini karena Karena ekonomi kita kecenderungannya juga tumbuhnya moderat,” tutur Eko kepada Kontan, Senin (27/1).

Di sisi lain, Eko juga melihat, daya beli masyarakat juga belum membaik selain  karena adanya faktor musiman seperti Natal dan Tahun Baru, atau musim liburan.

Konsumsi yang meningkat, sayangnya tidak diimbangi dengan peningkatan penerimaan atau pendapatan masyarakat. Ujung-ujungnya penerimaan negara menjadi tersendat, dan pemerintah mau tidak mau harus melakukan penghematan anggaran.

Sebagaimana yang sudah diketahui, tahun ini pemerintah melakukan penghematan anggaran Rp 306,6 triliun. efisiensi tersebut berasal dari anggaran kementerian/Lembaga (K/L) dan transfer ke daerah (TKD).

“Penghematan itu menandakan bahwa pemerintah juga menghadapi kendala untuk mendapatkan penerimaan sesuai dengan target yang ditetapkan,” ungkapnya.

Eko  menilai, program Asta Cita  Prabowo memang membutuhkan percepatan implementasi dan dana yang besar, sehingga realokasi anggaran menjadi keputusan tepat untuk merealisasikan program tersebut.

Dengan  kondisi tersebut, ia menilai wajar jika pertumbuhan ekonomi saat ini masih belum bisa melesat jauh. Hal ini juga sejalan dengan kondisi saya beli yang belum meningkat.

Baca Juga: 100 Hari pemerintahan Prabowo, Pergerakan Rupiah Cenderung Melemah

Lebih lanjut, Eko memperkirakan, realokasi anggaran tersebut akan digunakan untuk menambah anggaran program makan bergizi gratis (MBG), dan infrastruktur perumahan.

“Jadi 100 hari memang belum banyak indikator makroekonomi yang bisa kita baca, untuk bisa menggambarkan secara keseluruhan apakah memang strategi atau kebijakan pemerintah di bidang ekonomi ini Bisa menjadi lebih optimistis,” terangnya.

Eko memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2024 hanya akan mencapai 5%, lebih rendah dari asumsi ekonomi makro dalam APBN 2024 yang sebesar 5,2%.


 

Selanjutnya: Akuisisi Klub Paris FC, Keluarga Arnault dari LVMH Temui Masalah Soal Stadion

Menarik Dibaca: Bali Mayoritas Hujan, Waspadai Hujan Petir di 3 Wilayah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×