Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral India sebesar 50 basis poin yaitu dari 7,75% menjadi 6,25%, membuka harapan bagi Indonesia.
Kebijakan tersebut akan berdampak pada ekspor dalam negeri.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pemotongan suku bunga acuan India, akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi India.
Dengan begitu, Indonesia sebagai importir negara tersebut, turut terkena imbas dengan terdorongnya ekspor Indonesia.
"Untuk beberapa harga komoditas, khususnya kelapa sawit dan turunannya juga ada prospek perbaikan. Kalau lihat ekspor ke India memang banyak komoditas, termasuk palm oil dan ada batubara," kata Perry di kompleks DPR, Selasa (29/9).
Lebih lanjut menurut Perry, kebijakan moneter yang diambil India, sesuai ekonomi India yang tumbuh pesat dan inflasinya yang turun drastis.
Dengan demikian, persepsi positif di negara bollywood tersebut cukup kuat. Apalagi, kebijakan struktural India cukup maju.
"Itu yang membuat kepercayaan di India cukup kuat. Dengan ukuran-ukuran itu, risiko penurunan suku bunga karena inflasinya rendah terhadap kemungkinan reversal di India jauh lebih optimum," tambah Perry.
Meski positif dengan aksi India tersebut, Perry menegaskan bahwa BI masih percaya diri dengan suku bunga yang ditetapkan saat ini.
Dengan kondisi yang penuh ketidakpastian saat ini, Perry menyatakan bahwa Bi akan terus melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah.
"Kita harus tetap pruden, dalam situasi yang tidak pasti, jangan menambah suatu ketidakpastian," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News