kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi lamban, menteri harus kerja lebih keras


Sabtu, 07 November 2015 / 16:38 WIB
Ekonomi lamban, menteri harus kerja lebih keras


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ke-3 2015 hanya bisa tumbuh 4,73%. Walau memang kelihatannya tidak terlalu buruk dan lebih baik dari kuartal sebelumnya, tapi sebenarnya angka pertumbuhan ini di bawah ekspektasi dari para analis dan ekonom di 4,8%.

“Para menteri harus bekerja lebih keras lagi, supaya GDP di kuartal empat dan akhir tahun 2015 bisa menjadi lebih baik,” tutur John Herry Teja Direktur Ciptadana Securities. Sebenarnya kebijakan-kebijakan pemerintah untuk menstimulasi pertumbuhan seperti percepatan pertumbuhan sektor real, dan menarik investor asing masuk, adalah kebijakan yang bagus dan sudah on the right track.

Tapi gejolak mata uang rupiah yang banyak terjadi di kuartal 3 lalu, membuat kondisi perusahaan-perusahaan Indonesia sangat tertekan. Terutama perusahaan yang bahan baku dan utangnya dalam mata uang US dolar. “Jadi kalau saja program-program stimulus pemerintah tidak bisa diimplementasi dan dieksekusi dengan baik, nilai mata uang rupiah akan terus tertekan,” terang John.

Apalagi kalau melihat data utang dolar swasta yang naik 10-11% per tahun dalam 5 tahun terakhir. “Utang swasta yang sudah tumbuh menjadi lebih besar dari utang pemerintah RI, saya lihat akan menjadi beban untuk nilai tukar rupiah,” ungkap John.  Utang dolar yang makin besar ini membuat kita membutuhkan US dolar yang semakin lama menjadi semakin banyak.

Akibatnya, kondisi perekonomian yang melambat ini bisa terus berlanjut sampai ke tahun 2016.  Tantangan utama perlambatan ekonomi adalah terjadinya kenaikan pemutusan hubungan kerja dan melonjaknya tingkat pengangguran. Dampaknya akan langsung terlihat dari penurunan daya beli masyarakat. “Penurunan daya beli mungkin tidak terlihat di belanja kesehatan dan transportasi, tapi untuk belanja yang lainnya kelihatan mengalami penurunan,” terang John. 

Itulah sebabnya John melihat pemerintah harus berupaya untuk tetap konsisten memberikan stimulus supaya bisa tetap ada penyerapan tenaga kerja. Di paket stimulus ke VI, pemerintah memang sudah kelihatan berupaya mendorong kawasan ekonomi khusus untuk pertumbuhan industri-industri manufaktur. “Tinggal implementasinya saja, kalau bisa dijalankan dengan baik dan memberikan kepercayaan kepada investor akan bisa menjadi hal yang positif untuk pemerintahan Jokowi, ” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×