Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
Pertama, mulai dilonggarkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah, termasuk di beberapa kota-kota besar termasuk Jakarta. Hal ini akan meningkatkan aktivitas ekonomi seperti transportasi dan aktivitas ritel, serta prospek investasi langsung dan perdagangan internasional.
Kedua, akan semakin besarnya penyaluran program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Mengingat, hingga kuartal III-2020, realisasinya masih di bawah 50% sehingga seharusnya pemerintah lebih menggencarkan penyaluran di tiga bulan terakhir tahun ini.
Akan tetapi, Andry juga melihat masih adanya risiko ketidakpastian ke depan akibat Covid-19 yang masih ada. Yang ditakutkan, kalau gelombang kedua pandemi ini berlangsung, maka pemerintah berpotensi akan mengetatkan kembali PSBB yang akan menggangu performa perekonomian di kuartal IV-2020.
Baca Juga: Tren obligasi korporasi akan semakin membaik pada tahun depan
Risiko juga muncul dari kemungkinan penyerapan stimulus dari pemerintah yang tidak sesuai harapan. Dengan melihat kondisi tersebut, Andry pun memprediksi kalau pertumbuhan ekonomi di sepanjang tahun 2020 akan berada di kisaran minus 2,21% yoy hingga minus 1,50% yoy.
Di tahun depan pun, kalau ingin pulih, Indoneisa perlu untuk tetap mempertahankan pSBB di beberapa daerah, terutama daerah zona merah hingga vaksin Covid-19 tersedia.
Khawatirnya, pandemi diprediksi paling cepat akan selesai di semester I-2021 sehingga rintangan terhdap perekonomian untuk bangkit kembali lebih cepat masih ada.
Dengan perkiraan tersebut, Andry melihat kalau perekonomian di tahun depan akan tumbuh secara bertahap sebesar 4,43% yoy. Meski sudah positif, tetapi ini masih berada di bawah level Covid-19.
Selanjutnya: Ekonomi Indonesia masih tertekan di kuartal III, ini penjelasan BPS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News