kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Ekonom: Tak Perlu Kebijakan Suku Bunga yang Agresif untuk Merespons Kebijakan The Fed


Minggu, 25 Juni 2023 / 14:01 WIB
Ekonom: Tak Perlu Kebijakan Suku Bunga yang Agresif untuk Merespons Kebijakan The Fed
ILUSTRASI. Ekonom menilai BI tak perlu merespon kebijakan The Fed tersebut dengan kebijakan suku bunga yang agresif. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat peluang kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) pada bulan Juli 2023. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, suku bunga acuan bank sentral AS pada bulan depan bisa berada di kisaran 5,5%. 

Ini seiring dengan kondisi inflasi Paman Sam yang masih tinggi. Memang, mulai ada penurunan inflasi, tetapi terjadi cukup lambat. 

Bila memang benar terjadi peningkatan suku bunga kebijakan The Fed lagi pada bulan depan, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat peluang pelemahan nilai tukar rupiah. 

Baca Juga: Suku Bunga The Fed Diperkirakan Naik Lagi di Juli, Ini Antisipasi BI

"Di jangka pendek, kenaikan ini akan mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang global, termasuk rupiah," tutur Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (25/6). 

Sebenarnya, Josua sudah melihat sentimen ini cukup mempengaruhi pergerakan rupiah dalam dua pekan terakhir. 

Bila menilik data BI, rerata nilai tukar rupiah dari awal Juni 2023 hingga 21 Juni 2023, melemah 0,56% bila dibandingkan dengan rerata kurs Mei 2023. 

Kabar baiknya, Josua yakin dampak kebijakan ini kepada rupiah hanya sebentar. Alias, ke depannya, dampak terhadap rupiah akan cenderung lebih terbatas. 

Dengan demikian, ia menyiratkan BI tak perlu merespons kebijakan The Fed tersebut dengan kebijakan suku bunga yang agresif. Karena justru, ini mengandung risiko. 

"Bila BI terlalu agresif dalam merespons The Fed melalui suku bunga, maka konsekuensinya adalah terjadi perlambatan ekonomi, seiring dengan potensi penurunan pertumbuhan kredit," jelasnya. 

Baca Juga: Rupiah Diprediksi Lanjut Melemah Pekan Depan, Berikut Sentimen yang Membayangi

BI cukup melanjutkan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah dengan langkah yang selama ini telah dilakukan, yaitu triple intervention, operasi twist, juga pendalaman pasar keuangan. 

Dalam jangka pendek, Josua memperkirakan Rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.900 hingga Rp 15.050 per dolar AS. 

Sedangkan pada akhir tahun 2023, rupiah berpotensi menguat di kisaran Rp 14.800 hingga Rp 15.000 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×