Reporter: Kiki Safitri | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melemahnya nilai tukar rupiah dalam beberapa bulan terakhir ini, sempat memunculkan dugaan bahwa Indonesia mungkin akan mengalami krisis ekonomi yang cukup parah. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebutkan ada dua faktor yang menjadi penyebabnya.
Faktor itu antaralain adalah tekanan yang dialami Indonesia, misalkan saja imbas perang dagang Amerika Serikat-China dan potensi krisis di sejumlah negara yang berdampak pada modal yang sulit masuk. Sehingga, pemerintah terkendala dalam memperbaiki defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).
"Di global masih ada ketidapastian perang dagang. Masih intens dan sering belas-balasan. Kemudian ada potensi krisis di Turki dan Argentina. Potensi ini tidak langsung menyerang. Tapi, dia lebih bersifat menambah ketidakpastian global," kata Piter kepada Kontan.co.id, Kamis (30/8).
Piter menyebut bahwa kedua faktor itu akan menyebabkan persepsi para investor untuk menanamkan modalnya ke Indonesia. Hal ini jelas dampak yang cukup berarti bagi Indonesia.
"Itu akan menyebabkan persepsi negatif dari investor yang bisa menahan dan mengurangi sehingga berdampak ke kita. Dan pastinya The Federal Reserve (the Fed) akan kembali menaikkan suku bunganya, apalagi kita saat ini tidak sehat. Kita ada CAD yang melebar," ungkapnya.
Piter mengatakan, sejauh ini kondisi CAD memang belum mengkhawatirkan. Namun, masih banyak ketidakpastian. "Indonesa itu kondisinya tidak stabil dan ketidakpastiannya tinggi. CAD melebar, namun defisit itu masih bisa ditutup dari aliran modal. Tapi kita tidak mengkhwatirkan. Yang penting bagaimana pemerintah bisa mengambil kebijakan yang sebaik-baiknya," tegas Piter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News