Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Universitas Indonesia Chatib Basri memperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,2%-5,3% tahun 2018 ini. Ada dua faktor utama pemicu laju pertumbuhan tersebut.
Pertama adalah ihwal dimulainya program Padat Karya Tunai. Sementara kedua disebabkan oleh mulai berdampaknya Program Keluarga Harapan (PKH) terhadap pengurangan angka kemiskinan.
Dua hal tersebut, dikatakan Chatib dapat membantu meningkatkan daya beli masyarakat. Sehingga pertumbuhan ekonomi 2018 ia prediksi akan dipacu dari sektor konsumsi.
"Cash for Work sedikit banyak akan membantu, soal padat karya tunai dimana orang kerja langsung dibayar. Kemudian PKH perlu juga ditingkatkan coverage-nya. Karena kelompok miskin itu sulit menabung, mereka dapat uang pasti langsung dibelanjakan," katanya seusai Diskusi Ekonomi Digital: Peluang dan Tantangan di Jakarta, Senin (5/2).
Sementara soal inflasi, meski ia memperkirakan akan naik pada awal tahun, namun pemerintah masih dapat mengontrol agar tak melonjak tinggi.
"2018, inflasi mungkin bisa lebih sedikit karena awal tahun ada harga beras yang tinggi, tapi tidak terlalu banyak. Saya kira inflasi masih terkontrol," sambungnya.
Sementara itu, pagi tadi Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir 2017 mencapai 5,07%. Angka ini lebih tinggi dari pencapaian 2016 yang sebesar 5,03%.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan pertumbuhan nasional antara lain dipengaruhi kondisi perekonomian global di kuartal IV yang menunjukkan peningkatan. Demikian pula ekonomi beberapa mitra dagang indo pada umumnya membaik
"Ekonomi global juga meningkat. Mitra dagang Indonesia pertumbuhan ekonominya masih cukup kuat. China, Amerika, Jepang, dan Singapura," ucap Suhariyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News