Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memperkirakan Neraca Transaksi Berjalan berbalik surplus pada kuartal III 2021, setelah pada kuartal II-2021 mencatat defisit US$ 2,2 miliar atau setara 0,8% Produk Domestik Bruto (PDB).
Kepala ekonom BCA David Sumual mengungkapkan, perkiraan surplus Neraca Transaksi Berjalan pada kuartal ketiga tahun ini sebesar 0,5% PDB.
“Bisa kemungkinan surplus, karena neraca perdagangan surplus terus. Bahkan pada September 2021 lalu, sudah surplus ke-17 bulan berturut-turut,” ujar David kepada Kontan.co.id, Minggu (17/10).
Memang, neraca perdagangan pada periode Juli 2021 hingga September 2021 ini membukukan surplus yang cukup jumbo.
Baca Juga: Surplus neraca dagang jumbo, neraca transaksi berjalan diperkirakan berbalik surplus
Pada Juli 2021, surplus neraca perdagangan barang tercatat US$ 2,59 miliar. Ini didukung dengan capaian ekspor sebesar US$ 17,7 miliar dan impor sebesar US$ 15,11 miliar.
Surplus neraca perdagangan kembali berlanjut pada Agustus 2021, dan bahkan pada bulan tersebut neraca perdagangan untung US$ 4,47 miliar. Surplus ini yang tertinggi sepanjang sejarah.
Kinerja perdagangan pada bulan Agustus 2021 juga ditopang dengan nilai ekspor yang sebesar US$ 21,42 miliar dan nilai impor yang sebesar US$ 16,68 miliar.
Sementara neraca perdagangan September 2021 masih tercatat surplus US$ 4,37 miliar, dengan kinerja ekspor sebesar US$ 20,60 miliar dan kinerja impor tercatat US$ 16,23 miliar.
Baca Juga: Kemenkeu revisi peraturan denda pada pelanggaran devisa hasil ekspor, ini rinciannya
Surplus perdagangan pada bulan-bulan tersebut juga merupakan berkah dari tingginya harga komoditas, termasuk komoditas andalan Indonesia, sehingga mendorong nilai ekspor.
David pun melihat, tren tingginya harga komoditas ini masih akan bertahan hingga akhir tahun, apalagi banyak negara yang mengalami krisis energi. Ini peluang besar bagi ekspor Indonesia, dan dengan demikian, surplus neraca perdagangan berpotensi tetap bertahan surplus.
“Salah satu negara yang masih krisis adalah China. China masih akan mengamankan cadangan energi sehingga akan impor besar-besaran, salah satunya batubara dari Indonesia. Ini blessing in disguise,” jelasnya.
Dengan perkiraan tersebut, David pun memperkirakan Neraca Transaksi Berjalan di sepanjang tahun 2021 berpeluang mencetak surplus tipis sebesar 0,1% PDB.
Selanjutnya: Ekspor CPO akan dilarang demi dorong hilirisasi, saham-saham ini bisa dicermati
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News