Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Ekonom Bank OCBC Singapura Wellian Winarto mengatakan, pemerintah bisa mendapatkan tambahan penerimaan tahun ini karena naiknya harga minyak mentah dunia. Wellian memperkirakan, sampai akhir tahun nanti harga minyak mentah dunia bisa berada di level US$ 50 per barrel.
"Kalau itu terjadi maka harga komoditas akan naik sehingga pendapatan juga akan naik," kata Wellian, saat paparan dalam acara Indonesian Market Outlook 2016, di Jakarta, Rabu (16/3).
Kenaikan harga minyak tersebut lanjut Wellian, dipengaruhi oleh suplai shale oil dari Amerika Serikat. Jika nantinya produksi shale oil menurun maka suplai minyak akan berkurang. "Sementara permintaan masih ada, otomatis nanti harganya akan naik," tambah Wellian.
Berdasarkan data Bloomberg hari ini, harga minyak mentah NYMEX WTI mencapai US$ 37,08 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah Brent sebesar US$ 39,41 per barel.
Namun, Wellian menegaskan tambahan penerimaan negara akibat kenaikan harga minyak belum mampu menutup penerimaan negara jika, kebijakan Tax Amnesty baru diterapkan semester kedua tahun ini.
Oleh karena itu, Wellian berpendapat bahwa pemerintah harus tetap merevisi APBN tahun ini. Sebagai alternatif, selain perlu merevisi target penerimaan, pemerintah juga harus menangkas belanja negara yang dalam APBN ditargetkan sebesar Rp 2.095,7 triliun.
Menurutnya, pemerintah bisa memangkas belanja-belanja operasional, seperti anggaran kunjungan kerja dan anggaran rapat. Pemotongan anggaran pada pos-pos tersebut dilakukan tanpa mengorbankan belanja infrastruktur sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi nasional. Sayangnya, ia masih menghitung-hitung anggaran belanja negara yang ideal.
Namun, pihaknya memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5,1%. Angka tersebut lebih rendah dari target pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sebesar 5,3%. "Tetapi masih lebih baik dari pertumbuhan ekonomi tahun lalu," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News