Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Mandiri berharap harga komoditas yang saat ini sedang mengalami normalisasi tidak akan terkoreksi lebih dalam lagi.
Seperti yang sudah diketahui, saat ini tren berkah harga komoditas sudah berakhir. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah karena bisa berdampak pada berkurangnya penerimaan dalam negeri.
Head of Industry & Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mengatakan, meskipun harga komoditas mengalami penurunan lebih dalam, setidaknya harganya masih akan tetap di level yang masih moderat dan masih menguntungkan.
“Untuk harga-harga komoditas saya pikir trennya kan memang sedang normalisasi. Kita tidak ekspektasi ada penurunan lebih dalam lagi, tetapi paling tidak harga yang ada di level sekarang ini sebetulnya ada di proyeksi kita,” tutur Dendi Rabu (10/5).
Baca Juga: Aturan Bursa Berjangka CPO akan Diterbitkan Juni 2023
Adapun selama kuartal I 2023, harga-harga komoditas terus mengalami koreksi. Koreksi harga ini disebabkan oleh pelemahan ekonomi global, kebijakan moneter global yang kontraktif dan peningkatan produksi sehingga menambah supply.
Pada 8 Mei 2023, beberapa harga komoditas penting bagi Indonesia mengalami koreksi harga. Di antaranya, harga batubara (Newcastle) mencapai US$ 169,7 per ton, atau terkoreksi 58% YTD, dari 7 Mei 2023, CPO (FOB Malaysia) mencapai US$ 920,4 per ton, atau terkoreksi 2,8%, minyak mentah (Brent) mencapai US$ 77,0 per barrel, atau terkoreksi 10,4%, dan harga nikel US$ 2.531 per ton, atau terkoreksi 18,4%.
Menurut Dendi koreksi harga komoditas terakhir ini adalah proses normalisasi setelah mengalami lonjakan harga selama tahun 2021- 2022.
“Kami memperkirakan walaupun harga-harga terkoreksi namun akan masih lebih tinggi dibandingkan harga sebelum pandemi Covid-19 dan masih menguntungkan,” katanya.
Ia juga memperkirakan tahun 2023 harga rata-rata batubara (Newcastle) akan sebesar US$ 168,8 per ton, minyak mentah (Brent) akan sebesar US$ 86,6 per barrel, CPO (FOB Malaysia) US$ 891 per ton, dan nikel (LME) US$ 24.000 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News