kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Ekonom: Data yang Tidak Akurat Jadi Salah Satu Kendala Pengentasan Kemiskinan


Rabu, 07 Juni 2023 / 11:54 WIB
Ekonom: Data yang Tidak Akurat Jadi Salah Satu Kendala Pengentasan Kemiskinan
ILUSTRASI. Pengentasan kemiskinan masih menjadi fokus utama pemerintah. (KONTAN/Fransiskus Simbolon)


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengentasan kemiskinan masih menjadi fokus utama pemerintah. Pasalnya masih ada 16 provinsi dari 34 provinsi yang tingkat kemiskinannya masih tinggi dari target rata-rata nasional.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo menargetkan angka kemiskinan bisa terus ditekan ke kisaran 6,5%-7,5% pada tahun 2024.

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, tantangan utama dalam menurunkan tingkat kemiskinan ada pada ketepatan data. 

Sebab menurutnya selama ini masih ditemukan kesalahan data penerima dari bantuan sosial yang diperuntukan untuk menurunkan angka kemiskinan.

Baca Juga: Bank Dunia Kerek Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2023

“Karena data yang digunakan tidak tepat maka bantuan yang disalurkan pun tidak tepat sasaran. Hal inilah yang mengurangi kemampuan dari bantuan ini untuk mengurangi tingkat kemiskinan tersebut,” tutur Yusuf kepada Kontan.co.id, Selasa (6/6).

Selain itu, ia berpendapat, tidak bervariasinya nominal bantuan yang diberikan pemerintah, membuat bantuan itu tidak berjalan efektif. 

Ini karena tingkat kemiskinan di setiap daerah beragam, sehingga perlu penanganan yang berbeda, termasuk nominal bantuan yang diberikan.

Yusuf juga menilai, pemerintah masih mempunyai pekerjaan besar terutama dalam menciptkan  lapangan kerja, di samping pemberian program bantuan yang sudah digulirkan selama ini.

“Tentu kalau kita bicara pencipta lapangan kerja adalah bagaimana memastikan lapangan kerja yang tercipta adalah lapangan kerja formal yang kemudian bisa memberikan upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup, salah satu acuan yang kemudian bisa digunakan adalah pikiran lapangan kerja di sektor manufaktur,” jelasnya.

Baca Juga: Tingkat Kemiskinan Masih Tinggi di 16 Provinsi, Ini Upaya yang Dilakukan Pemerintah

Lebih lanjut, dia mengatakan upaya-upaya tersebut perlu segera dipertimbangkan oleh pemerintah untuk menjadi langkah ke depan dalam menurunkan angka kemiskinan. Sebab, masih ada dinamika lain yang bisa meningkatkan angka kemiskinan, seperti inflasi.

“Ketika terjadi inflasi yang tinggi, maka ada kecenderungan untuk mempengaruhi garis kemiskinan. Oleh karena itu, saya kira akan cukup menantang untuk bisa wujudkan angka kemiskinan, apalagi kemiskinan ekstrim terutama di tahun 2024 nanti,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×