Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Permata memprediksi neraca perdagangan Indonesia pada bulan Januari 2020 akan mengalami surplus sebesar US$ 67 juta. Sementara, neraca dagang pada Desember 2019 tercatat mengalami defisit US$ 0,03 miliar.
"Surplus kecil perdagangan dipengaruhi oleh ekspektasi laju bulanan impor yang terkontraksi lebih besar dibandingkan laju ekspor," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Kontan.co.id, Kamis (13/2).
Baca Juga: Danareksa memprediksi neraca dagang defisit US$ 240,4 juta di Januari 2020
Terperinci, ekspor di awal tahun 2020 ini diperkirakan akan terkontraksi sebesar 4,4% mom atau melambat 0,7% yoy yang disebabkan oleh penurunan baik dari sisi harga maupun volume komoditas utama Indonesia, yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan karet.
Menurut Josua, harga CPO di bulan Januari 2020 terkoreksi sebesar 11,54% mom, sementara karet juga mengalami penurunan harga sebesar 4,89% mom. Sementara harga batu bara hanya naik tipis 1,18% mom.
"Sementara penurunan volume ekspor lebih disebabkan oleh penurunan indeks manufaktur di dua mitra dagang utama Indonesia, yakni Amerika Serikat (AS) dan China, meskipun negara lainnya seperti Jepang, India, dan Uni Eropa meningkat aktivitas manufakturnya," kata Josua.
Baca Juga: Ekonom BCA memprediksi neraca dagang defisit US$ 127 juta pada Januari 2020
Sementara itu, laju impor diperkirakan akan terkoreksi 5,1% mom atau turun 8,2% yoy. Ini dipengaruhi oleh penurunan impor minyak dan gas (migas) karena harga minyak yang tercatat turun sebesar 15,56% mom.
Selain dari sisi impor migas, impor non migas pun dipandang juga sebagai pemicu penurunan kinerja impor Indonesia di awal tahun ini. Hal ini disebabkan oleh industri manufaktur Indonesia yang masih terkontraksi dan menyebabkan masih rendahnya impor bahan baku dan barang modal.
"Ini juga sesuai siklus, karena biasanya awal tahun aktivitas pabrik dan industri dalam negeri belum maksimal," tambah Josua.
Sementara itu, dunia juga digoncang oleh ketidakpastian akibat berkembangnya wabah virus Corona di awal tahun di Wuhan, China.
Baca Juga: Defisit neraca transaksi berjalan (CAD) 2020 diprediksi pada kisaran 2,5% - 3%
Dengan fakta bahwa China merupakan negara mitra dagang terbesar Indonesia baik dari sisi ekspor maupun impor, Josua melihat bahwa dampak virus Corona terhadap kinerja perdagangan Indonesia di bulan Januari masih belum terlihat.
Bila pun nantinya akan ada permintaan dari China yang belum maksimal, ini disebabkan oleh pola historis awal tahun yang mana biasanya di awal tahun tersebut supply bahan baku China masih cukup untuk memenuhi permintaan produksi industri.
Meski begitu, David melihat dampaknya akan sangat terasa di bulan Februari dan Maret, karena meluasnya wabah virus tersebut semakin masif di awal bulan Februari ini. Tak hanya itu, ini juga dikhawatirkan bisa berpengaruh terhadap defisit transaksi berjalan di kuartal I-2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News