Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank BCA David Sumual memperkirakan neraca dagang Indonesia pada Januari 2020 akan defisit US$ 127 juta. Neraca dagang akan defisit lantaran di bulan lalu merebak wabah virus Corona di Wuhan, China.
David menebak ekspor Indoensia hanya mencatat pertumbuhan tipis di kisaran 1% pada Januari 2020 dan impor turun 5%.
Kinerja ekspor yang naik tipis tersebut terbantu ekspor komoditas crude palm oil (CPO), meski harga komoditas tersebut tengah turun.
Baca Juga: Penurunan impor dari China bisa jadi bahaya bagi Indonesia
Selain CPO, kinerja ekspor Indonesia pada awal tahun ini juga terbantu permintaan di komoditas perikanan, produk tekstil, dan minyak nabati. Ekspor Indonesia juga disokong pengiriman barnag ke negara-negara mitra dagang Indonesia lain yang masih lepas dari penyebaran virus corona seperti Jepang, Amerika Serikat, India, dan Uni Eropa (UE).
Sementara dari sisi impor, penurunan yang cukup dalam ini karena terhambatnya proses distribusi di China. Seperti yang diketahui, sejak merebaknya virus corona, ada beberapa daerah di China yang ditutup sehingga ini mengganggu proses distribusi barang.
"Biasanya setelah Imlek ada normalisasi, ini malah banyak barang yang terkendala untuk masuk ke Indonesia. Bukan hanya bahan baku, tetapi juga barang jadi," jelas David kepada Kontan.co.id, Rabu (12/2).
David melihat penurunan impor ini bisa berdampak ke pertumbuhan ekonomi, karena proses produksi dalam negeri yang bisa tertekan.
Ia memperkirakan jika virus ini belum terkendali, masih akan terus memperdalam defisit neraca dagang Indonesia. Bahkan, David memperkirakan di bulan Februari 2020, neraca dagang bisa defisit lebih dari US$ 127 juta.
Kondisi ini dikhawatirkan bisa berlanjut ke bulan-bulan selanjutnya, sehingga David melihat potensi Indonesia kehilangan momentum pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020.
Baca Juga: Duh, virus corona bisa menggerus pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 0,3%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News