Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah menargetkan asumsi nilai tukar rupiah berada dalam rentang Rp 15.300 hingga Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2025.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Ekonom Bank Sentral Asia (BCA) David Sumual menilai, asumsi kurs dalam rentang tersebut terlalu optimis. Alasannya, asumsi tersebut kurang bersaing dan cukup overvalued atau terlalu lemah dari fundamental dibandingkan dengan negara peers, atau negara emerging market dan juga mitra dagang utama.
“(Asumsi rupiah 2025) kelihatannya terlalu optimis. Dalam rentang itu posisi rupiah kurang bersaing dan agak overvalued dibandingkan peers country,” tutur David Selasa (21/5).
Menurutnya asumsi nilai tukar rupiah lebih ideal berada di kisaran Rp 16.000 hingga Rp 16.300 per dolar AS dalam KEM PPKF 2025.
Baca Juga: Asumsi Kurs Rupiah Ditargetkan Rp 15.300 – Rp 16.000 Per Dollar AS di 2025
Hal ini karena, pada 2025 faktor eksternal masih akan mempengaruhi kondisi nilai tukar rupiah. Di samping itu, arah kebijakan The Fed, kondisi geopolitik terutama dampaknya ke harga minyak yang volatile menjadi faktor.
“Selain itu juga soal domestik terutama seberapa kuat daya tarik Indonesia di mata investor,” ungkapnya.
Meski begitu, Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai, rentang asumsi nilai tukar dalam rentang Rp 15.300 hingga Rp 16.000 per dollar As masih realistis.
Di samping itu, Ia juga memperkriakan tahun depan posisi cadangan devisa akan kembali meningkat sehingga nilai tukar rupiah bisa menguat.
Baca Juga: Gubernur BI: Rupiah Akan Stabil dan Menguat
“Nah untuk tahun depan, ada kemungkinan cadangan devisa kita kembali naik jika investor global kembali masuk secara masif ke pasar keuangan Indonesia saat iklim suku bunga global kembali turun,” kata Myrdal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News