Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya (Unair) yang membantu membongkar penyelidikan dan penyidikan kasus pembobolan bantuan sosial di Amerika Serikat diundang oleh Federal Bureau of Investigation (FBI).
Anda masih ingat dengan kasus kejahatan pemalsuan website oleh dua orang warga negara Indonesia (WNI) tahun lalu?
Ya, ada ada dua tersangka pembobolan terhadap situs resmi pemerintah Amerika Serikat untuk membobol dana bantuan sosial yang sempat menghebohkan negara paman Sam beberapa waktu lalu?
Sekadar mengingatkan, kedua pelaku pembobolan dana bantuan sosial ini berinisial SFR dan MZMSBP.
Mereka bersekongkol membuat situs web palsu atau scampage yang meniru situs web resmi bantuan sosial Covid-19 milik pemerintah AS dan terbongkar pada April 2021.
Baca Juga: Hacker Bjorka Serang Indonesia, Dirjen Pajak Jamin Keamanan Data Wajib Pajak
Dua Hacker asal Indonesia tersebut diduga mencuri dana bantuan sosial Covid-19 milik pemerintah Amerika Serikat Senilai US$ 60 juta atau setara Rp 875 miliar.
Pasalnya, dua pelaku scammer itu secara sengaja memalsukan website dengan tujuan mendapatkan data pribadi warga negara Amerika.
Motif kejahatan yang mereka lakukan adalah untuk menyalahgunakan dana bantuan Covid-19 bagi warga negara Amerika dan menjualnya untuk mengeruk keuntungan pribadi.
Kasus tersebut dalam penanganannya melibatkan dua institusi yaitu FBI (Federal Bureau of Investigation) dan Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur dengan tim siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus, (Ditreskrimsus).
Baca Juga: Serangan Siber di Indonesia Terus Meningkat, Ahli Keamanan Siber Masih Minim
Sebelumnya Nico Afinta yang saat itu masih menjabat Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jatim, mengatakan bahwa pelaku menggunakan data pribadi tersebut untuk mencairkan dana bantuan sosial di AS yaitu Pandemic Unemployment Assistance (PUA).
Sebagai tambahan, PUA merupakan dana bantuan untuk para pengangguran warga negara Amerika Serikat senilai US$ 2.000 setiap satu data atau per orang.
Nah pada saat membongkar kasus DMV Website Scampage ini, mereka melibatkan dua mahasiswa Universitas Airlangga tersebut.
Ada pun dua mahasiswa yang terlibat membongkar kasus ini adalah mahasiswa Magister Kajian Ilmu Kepolisian Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga.
Baca Juga: Gara-Gara Mantan Pekerja CIA dan NSA Ini, Hubungan Rusia dan AS Bisa Semakin Panas
Mengutip publikasi Universitas Airlangga yang diunggah di www.unair.ac.id Atas bantuan tersebut mereka secara resmi diundang oleh pemerintah Amerika Serikat ke markas besar Federal Bureau Investigation, di Cleveland, Ohio.
Kedua mahasiswa ini berhasil membongkar kasus DMV Website Scampage milik pemerintah Amerika Serikat.
Dua mahasiswa Universitas Airlangga tersebut adalah Eko Mangku Cipto dan Harianto Rantesalu.
Dalam undangan itu, keduanya diminta menjelaskan tentang bagaimana teknik penyelidikan dan penyidikan terhadap dua tersangka kasus pemalsuan website.
Baca Juga: Tunnel Tayang Hari Ini, Berikut Film-Film Korea Terbaru di Viu Bulan Januari 2022
Dua tersangka tersebut kini telah resmi ditahan oleh pihak kepolisian.
"Data tersebut juga untuk dijual lagi seharga US$ 100 setiap satu data orang," ujar Eko sebagai salah satu pembicara.
Selain itu, mereka juga berhasil memperoleh informasi atau membongkar data yang berhasil didapatkan oleh pelaku.
Pelaku diketahui mendapatkan data tersebut melalui percakapan Whatsapp dan Telegram berjumlah sekitar 30.000 data.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News