Reporter: Agus Triyono | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Keinginan pemerintah untuk meningkatkan produksi minyak di dalam negeri terus menggebu.
Salah satunya dengan membangun dan pengembangan kilang minyak di dalam negeri.
PT Pertamina mengklaim, ada beberapa investor asing yang berniat ikut serta merealisasikan pembangunan kilang minyak.
Salah satu investor yang berniat masuk adalah Saudi Aramco.
Perusahaan minyak raksaksa asal Saudi Arabia bahkan telah membenamkan dana sebesar US$ 5,5 miliar untuk meningkatkan kapasitas kilang unit IV Cilacap.
"Kami sudah menandatangani perjanjian investasi beberapa waktu lalu," ujar Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, Selasa (1/12).
Dwi menargetkan, negosiasi investasi ini bisa diselesaikan akhir Desember 2015.
Akhir November lalu, Pertamina dan Saudi Aramco juga telah meresmikan dimulainya kerjasama dua perusahaan migas tersebut.
Saat peresmian kerjasama dengan Pertamina di Cilacap akhir bulan lalu, President and CEO Saudi Aramco Amin al-Nasser mengatakan, pihaknya senang bisa berbisnis di Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang penting bagi Arab Saudi dan negara yang ekonominya sedang tumbuh secara global.
"Kami kemungkinan akan berada di sini dan menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kami akan berkontribusi dengan cara melakukan kerjasama dengan Pertamina di bisnis migas," kata Amin, akhir November.
Menurut Amin, Saudi Aramco melihat banyak kesempatan di Indonesia, utamanya dalam membangun kilang minyak yang baru.
"Kami berharap, ini merupakan awal kami terus mengeksplorasi peluang kerjasama dengan rekan strategis yakni Pertamina," ujar Amin.
Amin mengungkapkan, proyek yang menjadi incaran Saudi Aramco bisa berupa kilang atau bisnis petrokimia.
Namun pada dasarnya adalah kilang yang terintegrasi dengan bisnis petrokimia.
Amin pun menyebut, saat ini fokus Saudi Aramco dengan Pertamina adalah di sektor hilir.
Kilang Balikpapan
Selain Saudi Aramco, minat investasi lain juga datang dari investor Jepang yakni, JX Nipon Oil and Energy Corporation.
Investor asal Negeri Sakura tersebut berencana membenamkan dana investasi senilai US$ 5,5 miliar.
Dana tersebut digunakan untuk meningkatkan kapasitas kilang minyak di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Staf Ahli Gubernur Kalimantan Timur Bidang Ekonomi, Percepatan Infrastruktur dan Pendayagunaan Sumber Daya Alam Heflin sempat mengatakan kepada KONTAN, beberapa waktu lalu, selain JX Nipon Oil ada pula pengusaha asal Arab Saudi bernama Syekh Said Al Husaini yang ingin menanamkan investasi untuk membangun kilang minyak Bontang.
Pengusaha Timur Tengah ini bahkan telah beberapa kali bertemu dengan Pemerintah Daerah Kalimantan Timur untuk menjajaki peluang masuk ke dalam pembangunan kilang minyak tersebut.
Bukan hanya tertarik pada proyek kilang minyak Bontang saja, Heflin mengatakan, Syekh Said juga berminat berinvestasi dalam pembangunan beberapa infrastruktur di Kalimantan Timur, seperti; pembangunan Kawasan Industri Maloe.
Selain dari Arab, ada juga investor Jepang, Inggris dan Korea yang tertarik dengan pembangunan Kilang Minyak Bontang tersebut.
Heflin, mengatakan Syekh Said Said Al Husaini sebenarnya siap menggelontorkan dana miliaran dolar milik mereka untuk berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur di Indonesia.
Namun, karena pemerintah sampai saat ini belum memberikan hitungan pasti mengenai kebutuhan investasi untuk pembangunan kilang minyak Bontang dan pengembangan kawasan industri Maloe, Kabupaten Kutai Timur, mereka belum memberikan angka detail mengenai rencana investasi mereka.
“Mereka bilang miliaran dollar AS dan mereka sedang siapkan tim untuk membicarakan detail proyek yang mereka incar,” kata Heflin.
Dalam sepuluh tahun ke depan, Kementerian ESDM memang berencana membangun delapan kilang minyak baru dengan kebutuhan dana sekitar Rp 960 triliun.
Dana itu rencananya akan dipenuhi dengan menggandeng investor.
Direktur Jenderal minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I.G.N. Wiratmaja Puja pernah menyatakan, kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) pada 10 tahun nanti sampai 2,6 juta barel per hari (bph).
Saat ini produksi di kilang Pertamina hanya 600.000 bph.
Dari delapan kilang itu, per kilang akan memiliki kapasitas sampai 300.000 bph sehingga total kilang menampung 2,4 juta bph.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News