kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   8.000   0,42%
  • USD/IDR 16.335   -60,00   -0,37%
  • IDX 7.167   24,52   0,34%
  • KOMPAS100 1.045   4,88   0,47%
  • LQ45 815   2,85   0,35%
  • ISSI 224   0,76   0,34%
  • IDX30 426   1,90   0,45%
  • IDXHIDIV20 505   1,29   0,26%
  • IDX80 118   0,58   0,49%
  • IDXV30 120   0,61   0,51%
  • IDXQ30 139   0,24   0,17%

Diprediksi Berlanjut di 2026, Defisit Transaksi Berjalan Bisa Tembus US$ 17,31 Miliar


Kamis, 22 Mei 2025 / 16:33 WIB
Diprediksi Berlanjut di 2026, Defisit Transaksi Berjalan Bisa Tembus US$ 17,31 Miliar
ILUSTRASI. Ekonom Bank Pemata Josua Pardede memprediksi, defisit transaksi berjalan kembali terjadi dan melebar di tahun 2026


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan pelebaran defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) akan berlanjut sampai tahun 2026 mendatang.

Josua memperkirakan untuk 2026, defisit transaksi berjalan diproyeksikan melebar lebih lanjut menjadi US$ 17,31 miliar atau setara dengan 1,10% dari PDB (produk domestik bruto). 

"Ini menandakan bahwa Indonesia kemungkinan akan kembali mengalami tekanan eksternal dari sisi transaksi berjalan," ungkap Josua kepada Kontan, Kamis (22/5).

Menurutnya, pelebaran defisit ini akan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor struktural dan siklikal. Pertama, diperkirakan akan terjadi kenaikan impor barang modal dan konsumsi, sejalan dengan akselerasi proyek infrastruktur dan program belanja pemerintah, termasuk makan siang gratis dan program prioritas lainnya.

Baca Juga: Bank Permata Proyeksi Defisit Transaksi Berjalan Capai US$ 12,61 Miliar di 2025

Kedua, pelebaran defisit ini dikarenakan adanya ketergantungan terhadap bahan baku impor untuk industri hilirisasi masih tinggi,

Terakhir, diperkirakan terjadinya defisit jasa dan pendapatan primer yang masih terus berlangsung, tanpa peningkatan signifikan pada penerimaan jasa atau repatriasi keuntungan oleh entitas domestik di luar negeri.

Dengan defisit transaksi berjalan pada tahun 2026 diperkirakan lebih lebar dibanding 2025, Josua menilai ini menjadi sinyal penting bahwa meskipun posisi cadangan devisa masih kuat dan cukup untuk pembiayaan eksternal jangka pendek, Indonesia tetap perlu mewaspadai tekanan terhadap stabilitas eksternal, terutama jika dibarengi pelemahan arus masuk investasi di sisi neraca finansial. 

"Oleh karena itu, penguatan strategi ekspor berbasis manufaktur bernilai tambah, pengembangan pariwisata, serta mendorong reinvestasi keuntungan oleh investor asing akan menjadi kunci menstabilkan defisi transaksi berjalan ke depan," ungkap Josua kepada Kontan.

Selanjutnya: Revisi UU Migas Masuki Tahap Pembahasan DIM dari Pemerintah

Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok (23/5), Daerah di Jakarta Ini Waspada Hujan Lebat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×