kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Di hadapan Habib se-Jadetabek, Jokowi: Negara adem setelah para ulama beri tausiyah


Kamis, 07 Februari 2019 / 20:14 WIB
Di hadapan Habib se-Jadetabek, Jokowi: Negara adem setelah para ulama beri tausiyah


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi), dalam acara pertemuan dengan para Kiai/Habib se-Jadetabek, di Istana Negara, Jakarta, Kamis (7/2) siang, menyampaikan, silaturahmi ini bertujuan untuk memperkuat ukhuwah antara ulama dan umaro serta membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan masalah keumatan.

“Insyaallah negara ini akan tetap adem-ayem, tenteram, dingin, sejuk karena saya meyakini apabila para ulama sudah memberi tausiyah dan wejangan pada umatnya, pada santrinya, inilah yang selalu dijadikan panutan,” ujar Presiden Jokowi dikutip dari laman Setkab.

Lebih lanjut, Presiden menyampaikan bahwa akhir-akhir ini banyak terjadi berita-berita fitnah, hoaks, yang bukan hanya terjadi di Indonesia saja namun juga di negara tetangga lainnya.

“Ini juga terjadi di negara-negara lain karena adanya keterbukaan media sosial. Kalau dulu koran bisa diedit, bisa di koreksi oleh redaktur oleh redaksi, sekarang semua masyarakat, individu, pribadi-pribadi bisa membuat opini koran sendiri-sendiri, ini bedanya,” terang Jokowi.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi juga mencontohkan misalnya Perdana Menteri  Malaysia, Sultan Brunei, Perdana Menteri di Eropa dan Timur Tengah juga mengeluhkan hal yang sama mengenai penyebaran isu-isu hoaks melalui media sosial yang tidak dapat dihambat dan dilarang.

Menurut Presiden, hal penting di antaranya adalah bagaimana membentengi pribadi-pribadi yang ada di negara ini dengan sebuah budi pekerti yang baik, karakter keislaman yang baik, karakter ke-Indonesiaan yang baik, dengan tata krama yang baik, dengan nila-nilai agama yang baik.

“Saya kira bentengnya seperti itu. Bukan dilarang, bukan di blok karena itu justru makin membuat lebih besar lagi, membuat kalau dalam istilah medsos malah lebih viral lagi. Dan repotnya memang negara kita ini terlalu banyak peristiwa politik,” ujarnya seraya menyampaikan bahwa ada agenda pemilihan bupati/wali kota, gubernur, dan presiden.

Tahun yang  lalu, sambung Presiden, ada 171 pilkada, sebelumnya 101 pilkada. “Jumlah yang tidak sedikit inilah saya kira yang juga mempengaruhi situasi politik yang ada di  tanah air, baik di pusat, baik di Jawa maupun di daerah, baik di luar di Pulau Jawa,” tambahnya.

Kepala Negara juga menyampaikan bahwa sebetulnya kalau kematangan dan kedewasaan semua pihak dalam berpolitik itu sudah matang, karena yang namanya fitnah dan hoaks tidak menyebabkan masalah.

“Problemnya memang kita memang tahapan proses menuju ke sebuah kedewasaan dan kematangan dalam berpolitik. Sehingga, seringkali berita-berita fitnah itu sangat mengguncangkan masyarakat, sangat mempengaruhi kenyamanan masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya,” ujar Presiden seraya memberi contoh mengenai isu PKI dan kriminalisasi terhadap ulama yang menyerang dirinya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×