Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
“Data perokok dan COVID-19 per provinsi di Indonesia menunjukkan adanya peluang tingginya jumlah perokok akan diikuti dengan tingginya kasus COVID-19. Jika dibandingkan dengan beberapa Negara lain di Asia Tenggara, Indonesia memiliki prevalensi perokok tertinggi diikuti dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi,” jelas Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto, Rabu (31/3).
Melihat kaitan antara perilaku merokok dan Covid-19, hendaknya penanganan Covid-19 di Indonesia juga memperhatikan pengendalian konsumsi rokok, baik rokok konvensional maupun rokok elektronik, yang saat ini tak terbendung di Indonesia.
Baca Juga: Produksi IHT terus menurun, Gappri minta perhatian pemerintah
“Namun sayangnya, jangankan menjadi salah satu fokus bagian dari upaya penanganan Covid-19, pengendalian konsumsi rokok cenderung stagnan bahkan diabaikan. Untuk itu, YLKI mendesak Menkes agar segera memproses amandemen PP109/2012 untuk melindungi konsumen Indonesia,” ujar Tulus Abadi, Ketua Harian YLKI.
Di sisi lain, Tulus menyayangkan amandemen Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan yang merupakan regulasi penting dalam pengendalian konsumsi produk tembakau di Indonesia, yang tidak kunjung selesai proses revisinya.
Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau,Hasbullah Thabrany, mengungkapkan bahwa pengendalian konsumsi rokok saat ini mendesak dilakukan.
Selanjutnya: Produsen rokok elektrik optimistis pasar akan pulih tahun depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News