CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Demi Bisnis Hijau, Apindo: Pemerintah Perlu Susun Kajian Sumber Utama Polusi


Selasa, 22 Agustus 2023 / 10:55 WIB
Demi Bisnis Hijau, Apindo: Pemerintah Perlu Susun Kajian Sumber Utama Polusi
ILUSTRASI. Apindo mendorong pemerintah untuk menyusun kajian sumber utama polusi dengan menyertakan dampak ekonomi dan dampak regulasi.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mendorong pemerintah untuk menyusun kajian sumber utama polusi dengan menyertakan dampak ekonomi dan dampak regulasi. 

Termasuk merancang regulasi untuk menargetkan penurunan polusi berdasar kajian tersebut, dengan menggunakan pendekatan holistik dan berkelanjutan dalam menangani polusi udara Jakarta.

Shinta mengungkapkan, penanganan polusi udara membutuhkan solusi jangka panjang, menengah dan pendek. 

“Salah satu solusi jangka panjang untuk isu polusi adalah Just energy transition, atau transisi energi berkeadilan. Ini akan terkait implementasi transisi pemanfaatan energi fosil ke energi bersih dan terbarukan termasuk akselerasi percepatan penggunaan teknologi dan infrastruktur bisnis yang dibutuhkan,” ucap Shinta melalui keterangan tertulis yang diterima Kontan, Senin (21/8).

Baca Juga: Pemerintah akan Kaji Lebih Lanjut Usulan Insentif Bisnis Berkelanjutan

Shinta juga menambahkan isu polusi udara berkorelasi erat dengan upaya pengurangan emisi gas rumah kaca global, maka just energy transition ini perlu perhatian terhadap pihak-pihak yang terdampak oleh proses transisi tersebut.

Dukungan pemerintah dalam skala nasional sebagai implementasi diperlukan pembiayaan, mobilisasi investasi, hingga insentif fiskal. Sebagai contoh terkait insentif tax holiday untuk pengembangan energi terbarukan tanpa mempertimbangkan nilai investasi. 

Dengan demikian pengusaha lokal yang membangun pembangkit skala kecil dengan biaya dibawah batasan investasi juga berhak mendapatkan tax holiday.

Untuk solusi jangka pendek ungkap dia, pemerintah bisa fokus pada penegakan regulasi pengendalian polusi yang sudah ada, misalnya kebijakan uji emisi, dan larangan pembakaran sampah.

“Lalu bisa lewat kebijakan insentif penggunaan kendaraan umum kendaraan listrik, stimulus bagi pelaku usaha untuk mengurangi emisi via kebijakan insentif untuk mengganti mesin produksi agar menjadi lebih ramah lingkungan, juga kebijakan pasar karbon dan pajak karbon,” jelasnya.

Sedangkan untuk solusi jangka menengah, Apindo turut mendukung program-program yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat luas. Seperti peningkatan pengadaan moda transportasi yang ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik dan Mass Rapid Transport, dan dekarbonisasi rantai pasok. 

Apindo juga mendukung pengumpulan data akurat secara real time seperti alat sensor kualitas udara di banyak tempat sebagai solusi krusial demi meningkatkan kesadaran masyarakat perihal peningkatan polusi udara. 

Baca Juga: Penyebab Pemanasan Global, Dampak Buruk, dan Cara-Cara Mencegahnya

Target pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060 yang mengatur mitigasi risiko dan adaptasi terhadap perubahan iklim perlu dilakukan dengan cara yang wajar dan  berkeadilan. Sehingga diperlukan implementasi dekarbonisasi secara makro maupun mikro perlu dilakukan secara end-to-end atas rantai pasokan. 

Terkait isu Work From Home (WFH), Apindo berpendapat agar kebijakan ini tidak semata bersifat temporer dan reaktif. Hal ini disebabkan oleh polusi udara membutuhkan upaya yang lebih sustainable untuk menyelesaikan permasalahan secara holistik. 

Apindo juga menegaskan bahwa tidak semua semua sektor usaha dapat menerapkan begitu saja pola kerja WFH, misalnya pekerja pabrik yang harus berada di lokasi usaha untuk kegiatan produksi.

Terakhir, ia menjelaskan bahwa kajian sumber utama polusi diperlukan dengan dengan sejumlah pertimbangan, yang meliputi besaran polusi yang disebabkan oleh penggunaan kendaraan atau faktor lain. Misalnya pembakaran sampah oleh masyarakat, dampak kegiatan usaha, atau dari sumber lain diantaranya kondisi musim kemarau dengan rendahnya intensitas hujan yang terjadi beberapa bulan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×