Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit transaksi berjalan Indonesia kian menyempit. Pada kuartal ketiga tahun ini, defisit transaksi berjalan menjadi US$ 0,9 miliar setara dengan 0,25% dari PDB. Angka ini jauh lebih baik dari defisit pada kuartal II yang berada di US$ 2,2 miliar atau memenuhi 0,63% dari PDB.
Realisasi ini menurut Analis Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta dalam riset 22 November di bawah ekspektasi di US$ 1,97 miliar dan konsensus yang memperkirakan defisit US$ 1,8 miliar. Ini terjadi karena surplus perdagangan barang stabil pada kisaran US$ 10,3 miliar.
Menurut perkiraan Rangga, defisit yang tak terduga terjadi karena penurunan defisit neraca jasa menjadi US$ 4,1 miliar dari US$ 4,7 miliar pada kuartal kedua. Perbaikan ini dibantu pemulihan jumlah wisatawan asing. Neraca jasa juga mengalami surplus sebesar US$ 1 miliar pada kuartal ketiga, naik dari defisit pada kuartal II sebesar US$ 0,1 miliar.
Baca Juga: Defisit Transaksi Berjalan Mulai Menyempit
Selain itu, defisit pendapatan primer menyempit menjadi US$ 8,5 miliar di kuartal III. Sebelumnya, defisit pendapatan primer naik sebesar US$ 9,2 miliar pada kuartal kedua dari US$ 8,6 miliar pada kuartal pertama. Ini bertepatan dengan musim pembayaran dividen.
Pada kuartal III, Indonesia juga mengalami penurunan defisit neraca keuangan lantaran arus keluar yang lebih rendah sebesar US$ 0,3 miliar di triwulan ketiga, turun tajam dari US$ 4,8 miliar dari kuartal II.
Meskipun demikian, net foreign direct investment (FDI) anjlok menjadi US$ 2,8 miliar dari US$ 4 miliar pada kuartal kedua. Penurunan FDI disebabkan, investasi non-residen di Indonesia menurun sedangkan investasi di luar negeri meningkat.
Pada saat yang sama, arus keluar portofolio masih berlanjut yakni sebesar -US$ 3,1 miliar menjadi -US$2,6 miliar di kuartal II. Sebaliknya, saldo investasi lainnya ada arus masuk dengan angka lebih kecil yakni sebesar US$ 0,1 miliar dari kuartal II yang minus US$ 6,1 miliar. Defisit ini karena penurunan penempatan di luar negeri dan penarikan setoran tunai sektor swasta.
Baca Juga: Neraca Transaksi Berjalan RI Diprediksi Defisit 0,28% dari PDB di Akhir 2023
"Kami yakin perubahan ini ada hubungannya dengan aturan hasil ekspor baru yang diberlakukan sejak bulan Agustus. Hal ini menyebabkan peningkatan pada penempatan term deposit valas Bank Indonesia menjadi US$ 1,6 miliar pada kuartal III, naik dari US$ 0,8 miliar pada kuartal II," jelas Rangga.
Akibatnya, defisit neraca pembayaran secara keseluruhan menjadi US$ 1,4 miliar dari minus US$ 7,4 miliar. Ini sejalan dengan cadangan devisa Bank Indonesia sebesar US$ 135 miliar dari US$ 138 miliar pada kuartal II. Sementara pada kuartal I cadangan devisa sebesar US$ 145 miliar. "Penurunan cadangan devisa BI ini mencerminkan upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas rupiah di tengah meningkatnya tekanan dollar yang terus menguat," kata Rangga.
Realisasi ini membuat Mandiri Sekuritas ikut merevisi asumsi defisit transaksi berjalan ke depan menjadi 0,23% PDB dari sebelumnya 0,28%. Meski demikian, asumsi ini memang masih lebih buruk dari posisi surplus 1% pada tahun 2022
"Mengenai arah pergerakannya, kami memperkirakan defisit transaksi berjalan akan melebar menjadi US$ 3,1 miliar di kuartal IV tahun ini akibat surplus perdagangan barang yang lebih rendah," papar Rangga. Selain itu, Mandiri Sekuritas memperkirakan, akan terjadi keseimbangan pendapatan primer dan jasa karena faktor musiman.
Untuk itu, Mandiri Sekuritas meminta agar BI mempertahankan kebijakan suku bunga. "Kami menegaskan kembali pandangan kami bahwa BI akan mempertahankan kebijakan tingkat suku bunga sebesar 6% pada minggu ini dan kemungkinan telah mengakhiri siklus kenaikannya," pendapat dia.
Baca Juga: Akhir 2023, Neraca Transaksi Berjalan Diperkirakan Defisit 0,28% dari PDB
Defisit transaksi berjalan pada kuartal ketiga lebih rendah dari yang diharapkan akan memberikan gambaran kepada bank sentral. Bahwa depresiasi rupiah sebelumnya merupakan tekanan dolar yang kuat, bukan faktor fundamental dalam negeri. BI memperkirakan, saldo transaksi berjalan di tahun 2023 akan defisit 0,4% hingga surplus 0,4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News