kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Defisit berpotensi melebar di atas 1,93% PDB, apakah APBN 2019 masih aman?


Rabu, 25 September 2019 / 06:15 WIB
Defisit berpotensi melebar di atas 1,93% PDB, apakah APBN 2019 masih aman?


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kemungkinan shotrfall penerimaan pajak tahun ini akan lebih besar dari outlook pemerintah sebelumnya yang sebesar Rp 140,03 triliun. Hal ini akan berdampak pada defisit anggaran yang semakin lebar di pengujung tahun nanti.

“Kalau proyeksinya akan mengalami tambahan shortfall dari outlook kami sebelumnya, tentu konsekuensinya defisit akan lebih besar dari 1,93% PDB (outlook),” jelas Sri Mulyani Selasa (24/9). 

Asal tahu saja, Kementerian Keuangan Selasa (24/9) mencatat, penerimaan pajak hingga Agustus 2019 hanya Rp 801,16 triliun atau tumbuh 0,21% year-on-year (yoy). 

Sri Mulyani mengakui, tantangan penerimaan pajak di semester kedua akan makin berat. Pasalnya, sentimen perlambatan ekonomi global turut menekan aktivitas ekonomi domestik sehingga setoran pajak ikut menurun, terutama dari wajib pajak perusahaan. 

“Tekanan ekonomi mulai berdampak pada kegiatan usaha di dalam negeri. Bulan Juli dan Agustus penerimaan pajak memang lebih menurun dibandingkan kondisi Januari sampai Juni lalu,” tutur Menkeu saat melaporkan kinerja APBN 2019. 

Baca Juga: Defisit APBN berpotensi melebar di atas 1,93% PDB
 
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara menambahkan, kondisi ini tak terhindarkan akibat melemahnya permintaan barang dari luar negeri kepada Indonesia akibat perlambatan ekonomi global. Lantas, kinerja ekspor tertekan sehingga aktivitas perusahaan juga melesu. 

“Ada ripple effect, dampak yang sifatnya lanjutan sehingga mulai terasa step by step sentimen global ini mempengaruhi perekonomian kita,” tutur Suahasil. 

Di tengah tertekannya situasi ekonomi, Sri Mulyani memastikan pemerintah tetap menjadikan APBN sebagai instrumen penyangga untuk mengantisipasi pelemahan yang lebih dalam. Meski defisit berpotensi lebih lebar dari outlook, ia menyatakan belanja pemerintah tidak akan ditekan. 

“Terutama belanja yang produktif. Meski tinggal 3,5 bulan lagi, kementerian dan lembaga akan tetap fokus membelanjakan sesuai dengan program-programnya agar bisa mendukung perekonomian,” tutur dia. 

Baca Juga: Penerimaan pajak lesu, pemerintah waspadai perlambatan ekonomi yang makin nyata

Kemenkeu mencatat, realisasi belanja modal kementerian dan lembaga baru mencapai 33,3% dari pagunya atau Rp 63 triliun sampai akhir Agustus. Outlook pemerintah, belanja modal bisa mencapai Rp 173,35 triliun atau 91,6% dari pagu yang dianggarkan dalam APBN 2019.

Dari sisi pembiayaan, Direktur Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Luky Alfirman belum memastikan akan menambah pembiayaan utang. Menurutnya, pembiayaan anggaran tahun ini masih sesuai dengan perencanaan (on-track). 

“Kita juga sudah frontloading sehingga mudah-mudahan tidak akan terganggu. (APBN) masih dalam kondisi yang aman,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×