kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Defisit APBN melebar, Ekonom: Penerbitan global bond diperlukan


Jumat, 25 Oktober 2019 / 19:02 WIB
Defisit APBN melebar, Ekonom: Penerbitan global bond diperlukan
ILUSTRASI. Pekerja beraktivitas di area bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (17/10/2019). Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit 160 juta Dolar AS pada September 2019 yang terjadi karena nilai eks


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Keuangan memproyeksikan realisasi defisit APBN 2019 akan lebih lebar dari yang diperkirakan sebelumnya, yaitu mencapai kisaran 2%-2,2% terhadap PDB. 

Untuk mengantisipasi pelebaran defisit yang melebihi target itu, pemerintah baru saja menerbitkan SUN berdenominasi valas atau global bond masing-masing sebesar US$ 1 miliar dan 1 miliar Euro. 

Baca Juga: Pemerintah pilih global bond untuk biayai pelebaran defisit APBN 2019, ini alasannya

Dari proyeksi pelebaran defisit yang disampaikan pemerintah, Direktur Riset Centre of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah memperkirakan ketidaktercapaian target penerimaan pajak membengkak sangat besar. 

“Tampaknya shortfall pajak sudah tidak terhindarkan dan nilainya bisa sekitar Rp 200 triliun. Ini besar,” tutur Piter, Jumat (25/10).

Kemenkeu, lanjut Piter, memang bisa saja menggunakan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) atau menarik pinjaman tunai baru untuk mengantisipasi pelebaran defisit tersebut. Namun, Piter menilai, dua alternatif itu belum cukup.

Oleh karena itu, pilihan untuk menarik utang melalui global bond dianggap Piter cukup tepat. 

Baca Juga: Kemenkeu proyeksi pelebaran defisit APBN 2019 sebesar 2%-2,2% PDB

“Selain bisa mendapat dana yang cukup besar untuk menambal defisit, penerbitan global bond juga bisa menambah cadangan devisa yang menjadi buffer untuk nilai tukar rupiah juga,” terang Piter.

Adapun menurutnya, pemerintah cukup diuntungkan dengan periode suku bunga rendah global saat ini yang mendorong yield turun.

Dengan begitu, pemerintah bisa mendapatkan pendanaan dari global bond bertenor panjang dengan yield yang murah sehingga biaya dana (cost of fund) pun bisa ditekan. 

Baca Juga: Antisipasi pelebaran defisit, pemerintah terbitkan global bond baru

Direktur Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman sebelumnya menyebut, USD bond kali ini merupakan penerbitan dengan yield dan spread terendah sepanjang sejarah transaksi global bond berdenominasi dollar AS untuk tenor 30 tahun, yaitu 3,75%. 

Begitu juga dengan penerbitan Euro bond dengan yield 1,412% merupakan yang terendah bahkan lebih rendah dibandingkan pada tenor 7 tahun yang diterbitkan pada Juni lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×