kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Daya beli melemah, barang jadi produk manufaktur menumpuk


Senin, 02 Desember 2019 / 19:20 WIB
Daya beli melemah, barang jadi produk manufaktur menumpuk
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja meyelesaikan pembuatan pakaian di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/9). IHS Markit menyebutkan tren penumpukan barang jadi manufaktur berlanjut. Ini akibat daya beli lesu.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IHS Markit mencatat indeks manufaktur atau Purchasing Managers'Index (PMI) Indonesia pada bulan November 2019 membaik dari bulan sebelumnya. Indeks manufaktur Inodnesia pada bulan November sebesar 48,2, naik dari bulan sebelumnya 47,7.

Level di bawah 50 menandakan industri manufaktur belum melakukan ekspansi. Meski membaik, IHS Markit mengingatkan kondisi manufaktur Indonesia masih memburuk. Ini ditandai dengan penurunan yang terjadi pada output dan pesanan baru. Selain itu penjualan juga lebih rendah sehingga menyebabkan masih berlanjutnya tren penumpukan barang jadi.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman mengamini kondisi ini. Menurut Ade, penumpukan barang jadi memang masih terus terjadi dan ini lebih disebabkan daya beli masyarakat yang menurun.

Baca Juga: Diterpa perang dagang, aktivitas pabrik di China mulai meningkat di November 2019

"Penurunan daya beli masyarakat diakibatkan harga komoditas baik pertanian maupun tambang dalam tiga tahun terakhir yang anjlok," jelas Ade kepada Kontan.co.id, Senin (2/12).

Ini membuat produk manufaktur dipandang masyarakat bukan sebagai prioritas utama. Masyarakat lebih mengutamakan barang konsumsi kebutuhan barang sehari-hari.

IHS Markit juga menyebutkan, dengan penumpukan barang jadi, terjadi penurunan jumlah barang yang bisa dikerjakan sehingga akhirnya perusahaan lagi-lagi mengurangi tenaga kerja.

Menurut Ade, memang hal ini terjadi dan sebagai langkah yang diambil untuk jangka pendek. Namun, pengusaha terus mencoba mencari terobosan baru untuk mengurangi pengurangan jumlah tenaga kerja, yaitu dengan mengusahakan inovasi dengan membuat desain produk yang menarik dan memiliki harga yang kompetitif, sehingga nantinya barang tetap terjual dan produksi tetap lancar.

Ade berharap pemerintah terus mengupayakan kebijakan dan langkah untuk mendorong daya beli masyarakat. Salah satu caranya menambah lapangan pekerjaan, sehingga ada pendapatan yang masuk dan masyarakat pun melakukan konsumsi.

Baca Juga: PMI manufaktur November naik, IHS Markit: Manufaktur Indonesia tetap lesu

"Harus ada proyek yang bersentuhan langsung dengan lapangan kerja untuk masyarakat yang masif, walau itu hanya untuk sementara atau temporer," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×