kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.953.000   -3.000   -0,15%
  • USD/IDR 16.500   45,00   0,27%
  • IDX 6.828   -98,48   -1,42%
  • KOMPAS100 988   -16,47   -1,64%
  • LQ45 764   -13,30   -1,71%
  • ISSI 218   -2,39   -1,08%
  • IDX30 396   -7,05   -1,75%
  • IDXHIDIV20 467   -8,64   -1,82%
  • IDX80 111   -1,85   -1,64%
  • IDXV30 114   -1,16   -1,00%
  • IDXQ30 129   -2,13   -1,62%

CSIS: Kita Tidak Bisa Lagi Mengandalkan Pasar Ekspor


Kamis, 08 Mei 2025 / 18:15 WIB
CSIS: Kita Tidak Bisa Lagi Mengandalkan Pasar Ekspor
ILUSTRASI. ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/rwa. Ketidakpastian ekonomi global semakin menguat, apalagi setelah adanya ancaman kenaikan tarif resiprokal ke berbagai negara mitra dagang AS.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketidakpastian (uncertainty) ekonomi global semakin menguat, apalagi setelah adanya ancaman kenaikan tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS) ke berbagai negara mitra dagangnya.

Tentunya ini menjadi tantangan bagi Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang kini menginjak enam bulan sejak dilantik pada 20 Oktober 2024 silam.

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri mengatakan bahwa kemungkinan penundaan pengenaan tarif resiprokal AS bakal menyebabkan ketidakpastian bakal semakin meningkat.

Hal tersebut diungkapnya dalam acara Mengejar Target 8% di Tengah Melambatnya Perekonomian: Setengan Tahun Pemerintahan Prabowo, Selasa (6/5).

“Ekspor kita kemungkinan akan jatuh, tetapi bukan hanya drop untuk pasar Amerika tetapi bisa juga akan drop ke pasar-pasar yang lainnya. Kenapa? Semuanya (negara) akan berusaha mendapatkan pasar yang baru kalau kita tidak kompetitif kita akan kalah mendapat pasar baru,” ujar Yose.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Melambat, BI: Investor Masih Optimistis

Yose menjelaskan, selain pertumbuhan ekonomi global yang akan turun karena ketidakpastian ini memukul jatuh harga komoditas. Padahal, kata dia, komoditas menjadi andalan ekspor Indonesia.

Dia menyebutkan bahwa 37% ekspor Indonesia merupakan komoditas, di mana saat ini sedang mengalami tekanan harga. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat bergantung dengan harga komoditas.

“Dengan ini semua tentunya kita tidak bisa lagi mengandalkan pasar ekspor kita. Pasar ekspor yang akan semakin mengecil dan tentunya ini berimbas juga kepada pendapatan pemerintah,” terangnya.

Lebih lanjut, Yose menambahkan, berdasarkan catatannya di tahun 2011 Indonesia dijuluki sebagai komodo ekonomi. Namun, melihat kondisi saat ini diharapkan Indonesia tak menjadi cicak ekonomi.

“Cuma kelihatannya kondisi saat ini tidak terlalu meyakinkan,” tandasnya. 

Baca Juga: BI Sebut Badai PHK Berpotensi Hambat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Selanjutnya: Rintangi Penanganan Kasus Kejagung, Bos Buzzer Terima Rp 864,5 Juta

Menarik Dibaca: DANA & Ant International Targetkan 5.000 UMKM Perempuan Belajar Bisnis hingga AI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×