Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
Salah satu buktinya, terlihat pada saat pemerintah mengeluarkan obligasi senilai US$ 4,3 miliar di mana pasar merespons dengan positif. Bahkan, imbal hasil (yield) yang didapatkan masih bisa berada di kisaran 3,9%.
Adapun alasan Chatib untuk memperbesar defisit, adalah untuk melindungi masyarakat yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) serta masyarakat kecil yang terimbas wabah Corona. Contohnya seperti guru, pengemudi ojek online, pedagang, pelayan toko dan sebagainya.
"Kalau mereka disuruh tinggal di rumah dan tidak ada penghasilan pasti mereka keluar. Untuk itu perlu dipertimbangkan agar mereka dapat dikaver, karena kalau tidak mereka akan susah," kata Chatib.
Baca Juga: Dukung gerakan 35 juta masker di Jawa Tengah, Hellofit donasikan 16 ribu masker
Ia mencontohkan, ada yang disebut sebagai aspiring middle class atau orang yang hampir kelas menengah. Chatib mengatakan jumlahnya saat ini ada sebanyak 115 juta orang.
Apabila diasumsikan satu rumah tangga terdiri atas 4 orang, artinya ada sekitar 30 juta rumah tangga. Kemudian, apabila 30 juta rumah tangga ini seandainya diberikan Rp 1 juta/bulan selama 3 bulan, maka membutuhkan dana sebanyak Rp 90 triliun.
"Itu hampir 0,6% dari produk domestik bruto (PDB). Kalau budget defisit dinaikkan dan realokasi dilakukan, maka kelas hampir menengah ini bisa dikaver," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News