kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,22   -11,30   -1.21%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Chatib Basri: Perlu tambah anggaran BLT Rp 120 T untuk masyarakat rentan miskin


Senin, 20 Juli 2020 / 19:11 WIB
Chatib Basri: Perlu tambah anggaran BLT Rp 120 T untuk masyarakat rentan miskin
ILUSTRASI. JAKARTA,30/11-PELUNCURAN MANAJER INVESTASI BARU. Direktur Utama PT Majorist Asset Management (MAM), Zulfa Hendri (kanan), menyerahkan cindera mata kepada mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri disela-sela peluncuran manajer investasi baru PT MAM di


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adinda Ade Mustami

KONTAN.CO.ID-JAKARTA.. Menteri Keuangan periode 2013-2015 Muhammad Chatib Basri menilai, bantuan langsung tunai (BLT) untuk masyarakat kelas bawah menjadi program paling efektif untuk mengungkit perekonomian Indonesia di tengah tekanan pandemi Covid-19. Meski demikian, tidak hanya untuk masyarakat miskin, BLT juga harus menyasar kelompok masyarakat rentan miskin.

Asal tahu saja, Bank Dunia (World Bank) dalam laporan bertajuk Aspiring Indonesia, Expanding the Middle Class yang diluncurkan Januari lalu menyebut bahwa ada 115 juta populasi penduduk Indonesia masuk kategori rentan atau terancam bisa kembali masuk kategori miskin.

Baca Juga: Chatib Basri sebut Bantuan Langsung Tunai ampuh ungkit ekonomi saat pandemi

Hitungan Chatib, kelompok masyarakat rentan miskin tersebut idealnya mendapat BLT sebesar Rp 1 juta per bulan per kepala keluarga. Dengan demikian, dana yang perlu dialokasikan pemerintah setiap bulan mencapai sekitar Rp 30 triliun.

Jika program tersebut dilaksanakan selama empat bulan, maka anggaran tambahan yang perlu dialokasikan pemerintah untuk kelompok ini mencapai Rp 120 triliun.

Baca Juga: Chatib Basri sebut credit crunch jadi persoalan utama bank saat ini, apa itu?

"Kenapa harus diberikan? karena marginal propensity to consume mereka tinggi. Mereka kalau dapet uang, akan spend," kata Chatib dalam diskusi virtual, Senin (20/7).

Ia menambahkan, konsumsi domestik menjadi satu-satunya harapan motor perekonomian. Dalam sebuah studi kuantitatif yang dilakukannya, jika konsumsi tingkatkan dalam satu kuartal maka akan meningkatkan kinerja investasi di satu kuartal berikutnya. 

Jika konsumsi meningkat, maka permintaan kredit juga akan meningkat. Dengan demikian, berbagai stimulus moneter yang telah diberikan Bank Indonesia (BI) selama ini, akan berjalan efektif. 

"Dulu hemat pangkal kaya, sekarang belanja pangkal pemulihan ekonomi" tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×